KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya
kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi besar
Muhammad SAW, nabi akhir zaman teladan kita semua.
Makalah
ini berisikan tentang Protokol dan Routing, Melalui Makalah ini diharapkan
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Konfigurasi Jaringan
routing dan protokol.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Tangerang,
10 Mei 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................. 1
DAFTAR
ISI...................................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN..............................................................................................
LATAR
BELAKANG....................................................................................................
A. ALASAN
MEMILIH TEMA.............................................................................
B. ROUTING
STATIS KONFIGURASI ROUTING STATIS.............................
C. ROUTING
DEFAULT.......................................................................................
D. TROUBLESHOOTING
KONFIGURASI ROUTING STATIS......................
E. ROUTING
DINAMIS........................................................................................
F. AUTONOMUS
SYSTEM..................................................................................
G. TUJUAN
ROUTING PROTOKOL DAN AUTONOMUS SYSTEM.............
H. KLASIFIKASI
ROUTING PROTOKOL.........................................................
I. ROUTING
PROTOKOL DISTANCE VECTOR.............................................
J . LINK
STATE......................................................................................................
K. PENENTUAN
JALUR.......................................................................................
KESIMPULAN...............................................................................................................
Modul 6 Routing dan protokol routing
Routing adalah suatu protokol yang digunakan
untuk mendapatkan rute dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Rute ini,
disebut dengan route dan informasi route secara dinamis dapat diberikan ke
router yang lain ataupun dapat diberikan secara statis ke router lain.
Setelah mengikuti modul ini diharapkan Anda
mampu:
-
Menjelaskan konsep statis routing
-
Mengkonfigurasi routing di router baik secara statis maupun default
-
Mampu menentukan dan mengatasi troubleshooting routing statis maupun
default
-
Mengidentifikasi classless dari protokol routing
-
Mengidentifikasi protokol routing distance vector
-
Menjelaskan dasar dari karaklteristik protokol routing
-
Mengidentifikasi protokol interior gateway
-
Mengidentifikasi protokol exterior gateway
-
Mampu menjalankan protokol RIP (routing information protokol) dalam sutu
router
1.
Pendahuluan
Seorang administrator memilih suatu protokol
routing dinamis berdasarkan keadaan topologi jaringannya. Misalnya berapa
ukuran dari jaringan, bandwidth yang tersedia, proses power dalam router, merek
dan model dari router, dan protokol yang digunakan dalam jaringan.
Routing adalah proses dimana suatu router
mem-forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan
berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Semua router menggunakan IP
address tujuan untuk mengirim paket. Agar keputusan routing tersebut benar,
router harus belajar bagaimana untuk mencapai tujuan. Ketika router menggunakan
routing dinamis, informasi ini dipelajari dari router yang lain. Ketika
menggunakan routing statis, seorang network administrator mengkonfigurasi
informasi tentang jaringan yang ingin dituju secara manual.
Jika routing yang digunakan adalah statis, maka
konfigurasinya harus dilakukan secara manual, administrator jaringan harus
memasukkan atau menghapus rute statis jika terjadi perubahan topologi. Pada
jaringan skala besar, jika tetap menggunakan routing statis, maka akan sangat
membuang waktu administrator jaringan untuk melakukan update table routing.
Karena itu routing statis hanya mungkin dilakukan untuk jaringan skala kecil.
Sedangkan routing dinamis bias diterapkan di jaringan skala besar dan
membutuhkan kemampuan lebih dari administrator.
2. Routing statis
Cara kerja routing statis dapat dibagi menjadi 3 bagian:
-
Administrator jaringan yang mengkonfigurasi router
-
Router melakukan routing berdasarkan informasi dalam tabel routing
-
Routing statis digunakan untuk melewatkan paket data
Seorang administrator harus menggunakan perintah ip route secara manual untuk mengkonfigurasi router dengan routing
statis.
Pada gambar 2.2 dan 2.3 di atas, administrator
jaringan dari router Hoboken harus mengkonfigurasi routing statis ke jaringan
172.16.1.0/24 dan 172.16.5.0/24.Karena itu administrator memasukkan 2 perintah
ke router.
Administrative distance adalah parameter
tambahan yang menunjukkan reliabilitas dari rute.Semakin kecil nilai
administrative distance semakin reliable rutenya.Oleh Karen itu rute dengan
administrative distance yang lebih kecil harus diberikan pertama kali sebelum
administrative distance yang lebih besar diberikan. Default administrative
distance saat menggunakan routing statis adalah 1. ketika interface luar
dikonfigurasi sebagai gateway, routing statis akan ditunjukkan dalam tabel
routing sebagai informasi yang
“directly connected”. Untuk melihat informasi
administrative distance digunakan perintah show
ip route. Nilai dari administrative distance adalah antara 0 sampai dengan
255 yang diberikan setelah next-hop atau outgoing interface. Contoh:
waycross(config)#ip route 172.16.3.0 255.255.255.0172.16.4.1 130
Jika interface dari router down, rute tidak akan
dimasukkan ke table routing. Kadang-kadang routing statis digunakan untuk
tujuan backup. Routing statis dapat dikonfigurasi dalam router yang hanya akan
digunakan ketika routing dinamis mengalami kegagalan. Untuk menggunakan routing
statis sebagai backup, harus dilakukan seting administrative distance ke nilai
yang lebih besar daripada protokol routing dinamis yang digunakan.
Konfigurasi routing
statis
Langkah-langkah untuk
melakukan konfigurtasi routing statis adalah sebagai berikut:
-
Langkah 1 – tentukan dahulu prefix jaringan, subnet mask dan address.
Address bias saja interface local atau next hop address yang menuju tujuan.
-
Langkah 2 – masuk ke mode global configuration.
-
Langkah 3 – ketik perintah ip route dengan prefix dam mask yang diikuti dengan
address seperti yang sudah ditentukan di langkah 1.
-
Langkah 4 – ulangi langkah 3 untuk semua jaringan yang dituju yang telah
ditentukan pada langkah 1.
-
Langkah 5 – keluar dai mode global configuration.
-
Langkah 6 – gunakan perintah copy running-config startup-config untuk
menyimpan konfigurasi yang sedang aktif ke NVRAM.
Router Hoboken harus
dikonfigurasi sehingga dapat
mencapai jaringan
172.16.10 dan jaringan 172.16.5.0. Kedua jaringan subnet masknya
255.255.255.0.
Paket yang tujuannya ke jaringan 172.16.1.0
harus dirutekan ke Sterling dan paket yang ditujuan ke jaringan 172.16.5.0 haus
dirutekan ke Waycross.
Dalam hal ini routing statis bisa digunakan.
Kedua routing statis tersebut akan dikonfigurasi
menggunakan interface local sebagai gateway ke jaringan yang dituju. Seperti
yang ditunjukkan oleh gambar 2.5.
Dua routing statis yang sama juga dapat
dikonfigurasi dengan next-hop address sebagai gateway. Seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 2.6.Rute pertama ke jaringan 172.16.1.0 dengan gateway ke
172.16.2.1.Sedangkan rute kedua ke jaringan 172.16.5.0 dengan gateway ke
172.16.4.2.Administrative distance tidak digunakan, sehingga defaultnya
bernilai 1.
3. routing default
Default routing digunakan untuk merutekan paket
dengan tujuan yang tidak sama dengan routing yang ada dalam table routing.
Secara tipikal router dikonfigurasi dengan cara routing default untuk trafik
internet. Routing default secara actual menggunakan format:
ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 [next-hop-address|outgoinginterface ]
Mask 0.0.0.0, secara logika jika kita AND-kan
dengan IP address tujuan selalu menunjuk ke jaringan 0.0.0.0. Jika paket tidak
cocok dengan rute yang ada dalam table routing, maka paket akan dirutekan ke
jaringan 0.0.0.0.
Di bawah ini adalah langkah-langkah untuk mengkonfigurasi routing
default:
-
Langkah 1 – masuk mode global configuration.
-
Langkah 2 – ketik perintah ip route dengan 0.0.0.0 sebagi prefix dan
0.0.0.0 sebagai mask. Alamat tambahan untuk routing default dapat berupa
address dari local interface yang terhubung langsung ke jaringan luar atau IP
address dari next-hop router.
-
Langkah 3 – keluar dari mode global config.
-
Langkah 4 – gunakan perintah copy running-config startup-config untuk
menyimpan konfigurasi yang sedang jalan ke NVRAM.
Pada halaman sebelumnya, routing statis yang
dikonfigurasi dalam Hoboken akses ke jaringan 172.16.1.0 pada Sterling dan
172.16.5.0 pada Waycross.
Sekarang seharusnya kemungkinan rute paket ke
dua jaringan tersebut dari Hoboken. Bagaimanapun, Sterling dan Waycross tidak
tahu bagaimana mengembalikan paket ke jaringan yang lain yang terhubung
langsung.
Routing statis dapat dikonfigurasi pada Sterling
dan Waycross untuk mencapai jaringan tujuan.
Sterling terhubung ke semua jaringan yang tidak
terhubung langsung melalui interface serial 0. Waycross hanya satu koneksi ke
semua jaringan yang tidak terhubung langsung melalui interface serial 1.
Routing default pada Sterling dan Waycross akan digunakan untuk rut eke semua
paket yang ditujukan untuk jaringan yang tidak terhubung langsung.
Setelah routing statis dikonfigurasi, langkah
selanjutnya adalah hal yang sangat penting untuk melakukan verifikasi apakah
table routing dan proses routingnya bekerja dengan baik. Perintah untuk melihat
konfigurasi yang sedang aktif dan untuk mem-verifikasi routing statis adalah show running-config dan show ip route. Adapaun langkah-langkah
untuk melakukanverifikasi konfigurasi routing statis adalah:
-
Berikan perintah show
runngin-config dalam privileged mode untuk melihat konfigurasi yang sedang
aktif
-
Verifikasi routing statis yang telah dimasukkan. Jika rute tidak benar,
maka diperlukan kembali lagi ke mode global config untuk menghapus routing
statis yang salah dan masukkan routing yang benar
-
Berikan perintah show ip route
-
Verifikasi lagi, apakah table routing yang dimasukkan sudah sesuai
dengan tujuan dari hasil perintah tersebut
4.
Troubleshooting konfigurasi routing statis
Pada sub bab ini diberikan contoh konfigurasi
routing statis dalam Hoboken untuk mengakses jaringan pada Sterling dan
Waycross, seperti yang dilihat pada gambar di bawah ini. Pada konfigurasi di
router Sterling jaringan 172.16.1.0 tidak dapat mencapai jaringan di Waycross
172.16.5.0. Dari mode privileged EXEC pada router Sterling, ping ke node pada
jaringan
172.16.5.0. Pada gambar di bawah ini menunjukkan
perintah ping yang gagal, sekarang
gunakan perintah traceroute dari
Sterling ke alamat yang digunakan pada perintah ping.
Catatan dimana traceroute mengalami kegagalan.Traceroute
menandakan bahwa paket ICMP dikembalikan oleh Hoboken tapi tidak dari Waycross.Hal
ini berarti masalah terjadi pada Hoboken atau Waycross.
Lakukan telnet ke router Hoboken. Coba kembali ping ke node pada
jaringan
172.16.5.0 yang
terhubung ke router Waycross. Perintah ping ini seharusnya berhasil karena
Hoboken terhubung langsung ke Waycross.
5. Routing dinamis
Routing protocol adalah berbeda dengan routed
protocol. Routing protocol adalah komunikasi antara router-router.Routing
protocol mengijinkan router-router untuk sharing informasi tentang jaringan dan
koneksi antar router.
Router menggunakan informasi ini untuk membangun
dan memperbaiki table routingnya.Seperti pada gambar di bawah ini.
Contoh routing protokol:
-
Routing Information Protocol (RIP)
-
Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
-
Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
-
Open Shortest Path First (OSPF)
Routed protocol digunakan untuk trafik user
langsung. Routed protocol menyediakan informasi yang cukup dalam layer address
jaringannya untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host
yang lain berdasarkan alamatnya.
Contoh routed protocol:
-
Internet Protocol (IP)
-
Internetwork Packet Exchange (IPX)
6.
Autonomous System (AS)
AS adalah kumpulan dari jaringan-jaringan yang
dalam satu administrasi yang mempunyai strategi routing bersama.AS mungkin
dijalankan oleh satu atau lebih operator ketika AS digunakan pada routing ke
dunia luar.
American Registry of Internet Numbers (ARIN)
adalah suatu service provider atau seorang administrator yang memberikan nomor
identitas ke AS sebesar 16-bit. Routing protokol seperti Cisco IGRP membutuhkan
nomor AS (AS number) yang sifatnya unik.
7. Tujuan Routing protocol dan autonomous system
Tujuan utama dari routing protokol adalah untuk
membangun dan memperbaiki table routing. Dimana tabel ini berisi
jaringan-jaringan dan interface yang berhubungan dengan jaringan tersebut.
Router menggunakan protokol routing ini untuk mengatur informasi yang diterima
dari router-router lain dan interfacenya masing-masing, sebagaimana yang
terjadi di konfigurasi routing secara manual.
Routing protokol mempelajari semua router yang
ada, menempatkan rute yang terbaik ke table routing, dan juga menghapus rute
ketika rute tersebut sudah tidak valid lagi. Router menggunakan informasi dalam
table routing untuk melewatkan paket-paket routed prokol.
Algoritma routing adalah dasar dari routing
dinamis. Kapanpun topologi jaringan berubah karena perkembangan jaringan,
konfigurasi ulang atau terdapat masalah di jaringan, maka router akan
mengetahui perubahan tersebut. Dasar pengetahuan ini dibutuhkan secara akurat
untuk melihat topologi yang baru.
Pada saat semua router dalam jaringan
pengetahuannya sudah sama semua berarti dapat dikatakan internetwork dalam
keadaan konvergen (converged).
Keadaan konvergen yang cepat sangat diharapkan
karena dapat menekan waktu pada saat router meneruskan untuk mengambil
keputusan routing yang tidak benar.
AS membagi internetwork global menjadi
kecil-kecil menjadi banyak jaringan-jaringan yang dapat diatur. Tiap-tiap AS
mempunyai seting dan aturan sendiri-sendiri dan nomor AS yang akan
membedakannya dari AS yang lain.
8. Klasifikasi routing
protokol
Sebagian besar algoritma routing dapat diklasifikasikan
menjadi satu dari dua kategori berikut:
-
Distance vector
-
Link-state
Routing distance vector bertujuan untuk
menentukan arah atau vector dan jarak ke link-link lain dalam suatu
internetwork.Sedangkan link-state bertujuan untuk menciptakan kembali topologi
yang benar pada suatu internetwork.
9. Routing protokol
distance vector
Algoritma routing distance vector secara
periodik menyalin table routing dari router ke router.Perubahan table routing
ini di-update antar router yang saling berhubungan pada saat terjadi perubahan
topologi. Algoritma distance vector juga disebut dengan algoritma Bellman-Ford.
Setiap router menerima table routing dari router
tetangga yang terhubung langsung. Pada gambar di bawah ini digambarkan konsep
kerja dari distance vector.
Router B menerima informasi dari Router A.
Router B menambahkan nomor distance vector, seperti jumlah hop. Jumlah ini
menambahkan distance vector. Router B melewatkan table routing baru ini ke
router-router tetangganya yang lain, yaitu Router C. Proses ini akan terus
berlangsung untuk semua router.
Algoritma ini mengakumulasi jarak jaringan
sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki database informasi mengenai topologi
jaringan. Bagaimanapun, algoritma distance vector tidak mengijinkan router
untuk mengetahui secara pasti topologi internetwork karena hanya melihat
router-router tetangganya.
Setiap router yang menggunakan distance vector
pertama kali mengidentifikasi router-router tetangganya. Interface yang
terhubung langsung ke router tetangganya mempunyai distance 0. Router yang
menerapkan distance vector dapat menentukan jalur terbaik untuk menuju ke
jaringan tujuan berdasarkan informasi yang diterima dari tetangganya.
Router A mempelajari jaringan lain berdasarkan
informasi yang diterima dari router B. Masing-masing router lain menambahkan
dalam table routingnya yang mempunyai akumulasi distance vector untuk melihat
sejauh mana jaringan yang akan dituju.
Update table routing terjadi ketika terjadi
perubahan toplogi jaringan. Sama dengan proses discovery, proses update
perubahan topologi step-by-step dari router ke router. Gambar 9.3 menunjukkan
algoritma distance vector memanggil ke semua router untuk mengirim ke isi table
routingnya. Table routing berisi informasi tentang total path cost yang
ditentukan oleh metric dan alamat logic dari router pertama dalam jaringan yang
ada di isi table routing, sperti yang diterangkan oleh gambar 9.4 di bawah ini.
Analogi distance vector dapat digambarkan dengan
jalan tol. Tanda yang menunjukkan titik menuju ke tujuan dan menunjukkan jarak
ke tujuan. Dengan adanya tanda-tanda seperti itu pengendara dengan mudah
mengetahui perkiraan jarak yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan. Dalam hal
ini jarak terpendek adalah rute yang terbaik.
10. Link-state
Algoritma link-state juga dikenal dengan
algoritma Dijkstra atau algoritma shortest path first (SPF).Algoritma ini
memperbaiki informasi database dari informasi topologi. Algoritma distance
vector memiliki informasi yang tidak spesifik tentang distance network dan
tidak mengetahui jarak router.
Sedangkan algortima
link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana mereka
inter-koneksi.
Fitur-fitur yang dimiliki oleh routing link-state adalah:
-
Link-state advertisement (LSA) – adalah paket kecil dari informasi
routing yang dikirim antar router
-
Topological database – adalah kumpulan informasi yang dari LSA-LSA
-
SPF algorithm – adalah hasil perhitungan pada database sebagai hasil
dari pohon SPF
-
Routing table – adalah daftar rute dan interface
Proses discovery dari
routing link-state
Ketika router melakukan pertukaran LSA, dimulai
dengan jaringan yang terhubung langsung tentang informasi yang mereka
miliki.Masing-masing router membangun database topologi yang berisi pertukaran
informasi LSA.
Algoritma SPF menghitung jaringan yang dapat
dicapai.Router membangun logical topologi sebagai pohon (tree), dengan router
sebagai root.Topologi ini berisi semua rute-rute yang mungkin untuk mencapai
jaringan dalam protokol link-state internetwork.Router kemudian menggunakan SPF
untuk memperpendek rute. Daftar rute-rute terbaik dan interface ke jaringan
yang dituju dalam table routing. Link-state juga memperbaiki database topologi
yang lain dari elemen-elemen topologi dan status secara detail.
Router pertama yang mempelajari perubahan
topologi link-state melewatkan informasi sehingga semua router dapat
menggunakannya untuk proses update. Gambar 10.3 adalah informasi routing
dikirim ke semua router dalam internetwork.Untuk mencapai keadaan konvergen,
setiap router mempelajari router-router tetangganya. Termasuk nama dari
router-router tetangganya, status interface dan cost dari link ke tetangganya.
Router membentuk paket
LSA yang mendaftar informasi ini dari
tetangga-tetangga baru, perubahan cost link dan link-link yang tidak lagi
valid. Paket LSA ini kemudian dikirim keluar sehinggan semua router-router lain
menerima itu. Pada saat router menerima LSA, ia kemudian
meng-update table routing dengan sebagian besar informasi yang terbaru. Data
hasil perhitungan digunakan untuk membuat peta internetwork dan lagoritma SPF
digunakan untuk menghitung jalur terpendek ke jaringan lain. Setiap waktu paket
LSA menyebabkan perubahan ke database link-state, kemudian SPF melakukan
perhitungan ulang untuk jalur terbaik dan meng-update table routing.
Ada beberapa titik berat yang berhubungan dengan protokol link-state:
-
Processor overhead
-
Kebutuhan memori
-
Konsumsi bandwidth
Router-router yang menggunakan protokol
link-state membutuhkan memori lebih dan proses data yang lebih daripada
router-router yang menggunakan protokol distance vector. Router link-state
membutuhkan memori yang cukup untuk menangani semua informasi dari database,
pohon topologi dan table routing. Gambar 10.4 menunjukkan inisialisasi paket
flooding link-state yang mengkonsumsi bandwidth. Pada proses inisial discovery,
semua router yang menggunakan protokol routing link-state mengirimkan paket LSA
ke semua router tetangganya. Peristiwa ini menyebabkan pengurangan bandwidth
yang tersedia untuk me-routing trafik yang membawa data user.Setelah inisial
flooding ini, protokol routing link-state secara umum membutuhkan bandwidth
minimal untuk mengirim paket-paket LSA yang menyebabkan perubahan topologi. 11. Penentuan jalur
Router menggunakan dua fungsi dasar:
-
Fungsi penentuan jalur
-
Fungsi switching
Penentuan jalur terjadi pada layer network.Fungsi
penentuan jalur menjadikan router untuk mengevaluasi jalur ke tujuan dan
membentuk jalan untuk menangani paket.Router menggunakan table routing untuk
menentukan jalur terbaik dan kemudian fungsi switching untuk melewatkan paket.
Konsep Link State
Dasar algoritma routing yang lain adalah
algoritma link state. Algoritma link state juga bias disebut sebagai algoritma
Dijkstra atau algoritma shortest path first (SPF).
Untuk menghidupkan protokol routing pada suatu
router, membutuhkan seting parameter global dan routing. Tugas global meliputi
pemilihan protokol routing seperti RIP, IGRP, EIGRP atau OSPF.Sedangkan tugas
konfigurasi routing untuk menunjukkan jumlah jaringan IP. Routing dinamis
menggunakan broadcast dan multicast untuk berkomunikasi dengan router-router
lainnya. GAD(config)#router rip
GAD(config-router)#network
172.16.0.0
Untuk RIP dan IGRP, jumlah jaringan didasarkan pada kelas dari alamat
jaringan, bukan alamat subnet atau alamat host.
Protokol Routing
Pada layer internet TCP/IP, router dapat menggunakan protokol routing
untuk membentuk routing melalui suatu algoritma yang meliputi:
-
RIP – menggunakan protokol routing interior dengan
algoritma distancevector
-
IGRP – menggunakan protokol routing interior dengan
algoritma Ciscodistance vector
-
OSPF – menggunakan protokol routing interior dengan
algoritma link-state
-
EIGRP – menggunakan protokol routing interior dengan
algoritmaadvanced Cisco distance vector
-
BGP – menggunakan protokol routing eksterior dengan
algoritmadistance vector
-
Routing protokol distance vector
-
Metric berdasarkan jumlah lompatan (hop count) untuk pemilihan jalur
-
Jika hop count lebih dari 15, paket dibuang
-
Update routing dilakukan secara broadcast setiap 30 detik
IGRP adalah protokol routing yang dibangun oleh Cisco, dengan
karakteristik sebagai berikut:
-
Protokol routing distance vector
-
Menggunakan composite metric yang terdiri atas bandwidth, load, delay dan
reliability
-
Update routing dilakukan secara broadcast setiap 90 detik
OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan karakteristik
sebagai berikut:
-
Protokol routing link-state
-
Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC 2328
-
Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah
-
Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi
jaringan
EIGRP menggunakan protokol routing enhanced distance vector, dengan
karakteristik sebagai berikut:
-
Menggunakan protokol routing enhanced distance vector
-
Menggunakan cost load balancing yang tidak sama
-
Menggunakan algoritma kombinasi antara distance vector dan link-state
-
Menggunakan Diffusing Update Algorithm (DUAL) untuk menghitung jalur
terpendek
224.0.0.10 yang
diakibatkan oleh perubahan topologi jaringan
Border Gateway Protocol (BGP) merupakan routing protokol eksterior,
dengan karakteristik sebagai berikut:
-
Menggunakan routing protokol distance vector
-
Digunakan antara ISP dengan ISP dan client-client
-
Digunakan untuk merutekan trafik internet antar autonomous system
IGP vs EGP
Routing protokol interior didisain untuk
jaringan yang dikontrol oleh suatu organisasi.Kriteria disain untuk routing
protokol interior untuk mencari jalur terbaik pada jaringan. Dengan kata lain,
metric dan bagaimana metric tersebut digunakan merupakan elemen yang sangat penting
dalam suatu protokol routing interior.
Sedangkan protokol routing eksterior didisain
untuk penggunaan antara dua jaringan yang berbeda yang dikontrol oleh dua
organisasi yang berbeda.Umumnya digunakan antara ISP dengan ISP atau antara ISP
dengan perusahaan.Contoh, suatu perusahaan menjalankan BGP sebagai protokol
routing eksterior antar router perusahaan tersebut dengan router ISP. IP
protokol eksterior gateway membutuhkan 3 seting informasi berikut ini sebelum
router tersebut bias digunakan:
-
Daftar router-router tetangga untuk pertukaran informasi routing
-
Daftar jaringan untuk advertise sebagai tanda jaringan dapat dicapai
secara langsung
-
Nomor autonomous system dari router local
Routing protokol eksterior harus mengisolasi autonomous system.Ingat
bahwa, autonomous system diatur oleh administrasi yang berbeda.Jaringan harus
mempunyai protokol untuk komunikasi antara sistem-sistem yang berbeda tadi.
Masing-masing AS harus memiliki nomor identitas
16-bit, yang dikeluarkan oleh ARIN atau provider untuk menggunakan protokol
routing seperti IGRP dan EIGRP.
Kesimpulan
-
Routing adalah proses bagaimana router melewatkan paket ke jaringan yang
dituju
-
Routing protokol adalah komunikasi yang digunakan antar router-router
-
Routing protokol mengijinkan satu router untuk sharing informasi dengan
router-router lain berdasarkan jaringan yang ia ketahui dan jalur terbaik ke
jaringan tersebut
-
Algoritma routing dapat diklasifikasikan sebagai satu dari dua kategori,
distance vector atau link-state
-
Autonomous system (AS) adalak kumpulan dari jaringan-jaringan dalam satu
pengawasan administrasi