Kamis, 03 Maret 2016

JENIS tes KEBAHASAAN

JENIS-JENIS TES KEBAHASAAN

Secara umum, jenis pelaksanaan tes mencakup: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan/performansi. Dalam tes tertulis dapat digunakan soal-soal berbentuk esai, objektif, atau gabungan dari keduanya. Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dalam bentuk kemampuan mengemukakan ide-ide dan pendapat-pendapat secara lisan. Sebagai alat evaluasi belajar, soal-soal tes lisan pada dasarnya berbentuk esai (Subino, 1989:1-7).
Baik soal berbentuk esai maupun objektif mempunyai kelebihan dan keku-rangan. Namun, menurut Subino, soal tes bentuk esai lebih tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang bersikap kompleks; soal tes objektif tepat digunakan untuk mengevalusi hasil belajar berupa kemampuan: mengingat dan mengenal kembali fakta-fakta, memahami hubungan antara dua hal atau lebih, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
Ketiga bentuk tes besarta bentuk soalnya itu dapat dilaksanakan untuk tes bahasa. Babarapa ahli memasukkan tes esai dan tes objekti ke dalam teknis pelaksanaan tes. Lado (1961:32-36) menyebutkan lima macam tipe tes berkaitan dengan teknis pelaksanaan tes bahasa, yaitu terjemahan (translation), esai (essay). Dikte (dictation), tes objektif (objective test), dan tes kemampuan mendengarkan (auditory comprehension tests). Harris (1969:4-8) mengemukakan enam macam wacana yang dinilai (scored interview), pilihan berganda (multiple-choiceitems), dan jawaban pendek (short-answer items).
Agak berbeda dengan Lado dan Harris, Hughes mengemukakam macam-macam teknis pengetesan dengan pasangan kontras, yaitu pengetesan langsung dan tidak langsung (direct versus indirecttesting), pengetesan dengan butir terpisah dan terpadu (discrete point versus integrative testing), pengetesan dengan acuan norma dan acuan kriteria (norm-referenced versus subjective testing), dan pengetesan bahasa yang komunikatif (communicative language testing)Pengetesan dikatakan langsung apabila pengetesan itu menuntut calon untuk mempertunjukkan dengan tepat kete-rampilan yang hendak diukur. Pengetesan langsung lebih mudah dilaksanakan untuk mengukur keterampilan pruduktif, berbicara, dan menulis. Pengetesan tidak langsung dimaksudkan untuk mengukur kemampuan yang mendasari keterampilan yang hendak diperhatikan. Pengetesan dengan butir terpisah merujuk kepada pengetesan salah satu unsur pada suatu waktu, butir demi butir. Pengetesan terpadu, sebaliknya menuntut calon untuk menggabungkan beberapa unsur bahasa dalam menyelesaikan suatu tugas (Hughes,1989:14-19).
Sehubungan dengan paparan di atas, terdapat tiga jenis ranah evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu (1) evaluasi ranah pengetahuan bahasa, (2) evaluasi ranah sikap, (3) ranah evakuasi keterampilan berbahasa.
3.1 Evaluasi Ranah Pengetahuan Bahasa
Pengetahuan kebahasaan antara lain meliputi: masalah struktur (fonologi, morfologi, sintaksis), semantik, kosakata, ejaan, dan lain-lain. Penguasaan pengetahuan (kompetensi) kebahasaan ini pada akhirnya akan mencerminkan perilaku berbahasa pembelajar. Dengan kata lain, keterampilan pembelajar bahasa target sangat ditentukan oleh pengetahuannya terhadap bahasa target yang dipelajarinya.
Ranah pengetahuan berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Evaluasi ranah pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pembelajar menguasai teori-teori kebahasaan yang dipelajarinya. Ranah pengetahuan dapat diujikan dengan mengadakan (1) tes pengetahuan, (2) wawancara, dan (3) observasi. Nilai tes ditentukan oleh seberapa jauh pembelajar dapar menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Semakin banyak pembelajar menjawab dengan benar, semakin baiklah pengetahuan bahasanya. Tes bahasa tersebut meliputi: tes bunyi bahasa, tes kosakata, dan tes tatabahasa (struktur)..a. Tes Bunyi Bahasa
Tes bunyi bahasa pada umumnya lebih banyak dilakukan pada penyeleng-garaan pengajaran bahasa sebagai bahasa asing daripada bahasa pertama atau bahasa kedua (Djiwandono, 1996). Tes bunyi bahasa merupakan tes untuk menilai ketepatan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dan mengidentifikasi bunyi-bunyi yang didengar atau diperdengarkan. Penguasaan bunyi bahasa merupakan salah satu tujuan pengajaran yang sangat penting.
Sasaran tes bunyi bahasa secara umum meliputi penguasaan seluruh sistem bunyi bahasa, baik secara pasif-reseptif (mengenal dan memahami), maupun secara aktif-produktif (melafalkan dan menggunakan), termasuk penguasan tekanan dan intonasi. Dengan demikian, tes bunyi bahasa meliputi tiga kemampuan dasar, yaitu: (1) kemampuan merekognisi dan melafalkan perbedaan bunyi bahasa, (2) kemampuan merekognisi dan menggunakan pola penekanan bunyi bahasa, dan (3) kemampuan mendengarkan dan memproduksi pola dinamik bunyi bahasa.
Pengembangan alat tes bunyi bahasa perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: pertama, tekanan bunyi dalam bahasa Indonesia tidak membedakan arti; kedua, belum ada ucapan baku dan banyaknya variasi ucapan dalam bahasa Indonesia juga tidak membedakan arti; dan ketiga, tes ucapan produktif harus dilaksanakan secara individual yang tentu akan membutuhkan waktu dan tenaga.
Beberapa bentuk dan jenis butir tes bunyi bahasa antara lain: (1) membedakan bunyi bahasa (teras – teras), (2) melafalkan fonem-fonem, (3) melafalkan kata dan pasangan kata, dan (4) melafalkan rangkaian kata dan kalimat.
b. Tes Kosakata
Tes kosakata bertujuan untuk mengukur pengetahuan dan produksi kata-kata yang dugunakan dalam berbicara dan menulis. Menurut Harris (1969:48), yang mula-mula harus diterapkan adalah apakah kosakata yang akan diteskan itu kosakata aktif atau pasif, yaitu kata-kata yang akan digunakan dalam berbicara dan menulis yang akan digunakan khusus untuk memahami bacaan. Kamus dapatdigunakan dalam memilih kata-kata yang akan diteskan, tetapi pada umumnya digunakan daftar kata yang dibuat berdasarkan frekuensi pemakaiannya secara nyata.
Pengetahuan tentang kosakata merupakan hal yang sangat penting untuk mengembangkan dan menunjukkan keterampilan berbahasa mendengarkan, memba-ca, dan menulis. Namun, hal itu tidak selamanya berarti bahwa kosakata harus diteskan secara terpisah (Hughes, 1989:146). Tes kosakata dapat dilakukan tersendiri, dapat juga dilakukan secara terpadu dengan keterampilan itu. Dalam hal ini, perlu diperhatikan perbedaan antara kemampuan produktif (berbicara dan menulis) dan kemampuan reseptif (mendengarkan dan membaca).
Tes kosakata umumnya menggunakan soal bentuk objektif pilihan ganda, tetapi ada pula bentuk isian. Bentuk tes kosakata antara lain: sinonim, antonim, memperagakan, mencari padanannya, definisi atau parafrase, melengkapi kalimat, dan gambar. Untuk tes kosakata ini, Harris (1969:54-57) memberi saran: (1) definisi menggunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami; (2) semua alternatif jawaban memiliki tingkat kesukaran yang lebih kurang sama; (3) kalau mungkin, semua pilihan berhubungan dengan bidang atau kegiatan yang sama; (4) panjang pilihan jawaban lebih kurang sama; dan (5) butir soal harus bebas dari kesalahan ejaan.
c. Tes Struktur (Tata bahasa)
Tatabahasa (sintaksis) merupakan bagian yang berkaitan dengan penataan rangkaian kata-kata dalam suatu hubungan yang bersifat prediktif sehingga menghasilkan kalimat yang gramatikal. Selain penataan kata dalam rangkaian kata-kata, tata bahasa juga berkaitan dengan perubahan bentuk kata akibat lingkungan yang dimasuki kata-kata itu dalam rangkaiannya. Akibatnya, kata-kata itu tersusun dalam bentuk frasa ataupun kalimat. Jadi, tatabahasa tidak hanya berurusan dengan merangkaikan kata-kata, melainkan juga perubahan bentuk kata dan penataan dalam bentuk frasa atau kalimat.
Tes mengenai pengetauan tentang tata bahasa sangat penting seperti halnya tentang kosakata sebab semua kegiatan berbahasa melibatkan kedua
komponen itu. Pengajaran bahasa, apapun pendekatan dan metodenya selalu mengajarkan kedua komponen itu. Seperi dikatakan oleh Hughes (1989:141-142), rupanya tidak mungkin ada lembaga pengajaran yang tidak mengajarkan tata bahasa secara tersamar atau dengan cara lain. Kelemahan dalam kemampuan gramatikal akan mengurangi pencapaian penampilan keterampilan berbahasa, terutama keterampilan produktif.
Tes tatabahasa dapat dibedakan atas (1) tes bentuk kata, (2) tes pembentukan frasa, (3) tes makna frasa, dan (4) tes pembentukan kalimat. Penentuan format tes didasarkan pada tujuan, keluasan materi, waktu, serta tingkat kemampuan yang dimiliki pembelajar. Adapun bentuk tes tatabahasa dapat disusun dalam bentuk esai, pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban pendek.
3.2 Evaluasi Ranah Sikap Berbahasa
Ranah sikap merupakan ranah yang berkaitan dengan pandangan, pikiran, dan perasaan pembelajar terhadap bahasa target (Indonesia) yang dipelajarinya. Ranah ini mencakup aspek penerimaan, reaksi, dan penilaian. Ketiga aspek ini saling berkaitan. Aspek penerimaan berkaitan dengan kepekaan pembelajaran dalam menerima segala rangsangan bahasa terget yang dipelajari. Tingkat ketanggapan dan keterpahaman ini berpengaruh terhadap aspek reaksi dan aspek penilaian. Aspek reaksi berkaitan dengan tanggapan yang diberikan pembelajar terhadap rangsangan kebahasaan. Tanggapan tersebut berupa penguatan, perbaikan, dan pengarahan. Aspek penilaian berkaitan dengan evaluasi terhadap penerimaan dan tanggapan kebahasaan.
Evaluasi terhadap ranah sikap berbahasa ini dimaksudkan agar penilai menge-tahui: (1) pandangan, pikiran, dan perasaan pembelajar, (2) perilaku pembelajar, (3) ketanggapan terhadap gejala bahasa; dan (4) sejauh mana pembelajar mampu menilai setiap masalah bahasa terget yang ditemuinya. Teknik evaluasi yang dapat dilakukan berupa: (1) pengungkapan, (2) pangamatan, dan (3) penilaian. Baik buruknya pandangan pembelajaran terhadap bahasa terget ditentukan dari kemampuannya menyelesaikan tes, hasil observasi, wawancara,dan hasil angketnya. Semakin baik pengungkapan, penerimaan dan reaksi pembelajar, semakin positiflah sikap mereka terhadap bahasa target yang dipelajarinya, demikian juga sebaliknya.
3.3 Evaluasi Ranah Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa merupakan kiat menggunakan setiap aspek kebaha-saan dalam setiap perilaku berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan menyimak termasuk keterampilan reseptif, sedangkan berbicara dan menulis termasuk keterampilan produktif.
a. Evaluasi Keterampilan Menyimak
Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai anak sebelum menguasaai keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak pada hakikatnya lebih bersifat kognitif dengan aspek yang lebih tinggi. Kemampuan ini mencakup menerima, menganalisis, memahami, dan menyimpulkan informasi lisan yang disampaikan dalam bahasa target.
Teknik evaluasi yang dapat dilakukan dipaparkan sebagai berikut.
1) Menyebutkan/menuliskan kembali suatu informasi sederhana (fonem, nama sesuatu, jumlah, keadaan sesuatu, peristiwa, dan lain-lain)
2) Menyebutkan/menuliskan kembali deskripsi atau uraian suatu peristiwa, benda, keadaan, sebab akibat, dan lain-lain.
3) Menyebutkan/menuliskan kembali suatu hal (kelahiran, pengalaman kawan-kawan, dan lain-lain).
4) Menyebutkan/menuliskan kembali suatu cerita.
5) Menyimpulkan suatu percakapan.
6) Menjawab suatu pertanyaan dari suatu soal (objektif, esai berstuktur, atau esai bebas).
7) Menyimpulkan tema dan unsur-unsur lainnya dari sebuah cerita.
8) Memperbaiki ucapan-ucapan yang salah yang tidak sesuai dengan bahasa target.
Tes Menyimak
Tes menyimak adalah tes yang tidak hanya untuk mengetahui apakah seseorang menyimak atau tidak, tetapi juga untuk mengukur kemampuan seseorang memahami bahasa lisan yang didengarnya. Sampel yang disimakkan dalam tes ini dapat berupa satu kalimat perintah, pertanyaan, atau pernyataan tentang fakta; juga berupa simulasi percakapan singkat atau uraian wacana ekspositori. Namun, apapun hakikat sampel itu, peserta tes (subjek) dituntut secara serentak (simultan) menanggapi ”sinyal” fonologis, gramatikal, dan leksikal; dengan jawaban mereka menunjukkan sejauh mana mereka dapat menangkap makna dari unsur yang disinyalkan bila digunakan dalam komunikasi verbal (Harris,1969;35).
Tes menyimak dapat disesuaikan dengan tingkatannya, yaitu tes menyimak tingkat marjinal atau deskriptif, tes menyimak tingkat apresiatif, tes menyimak tingkat komprehensif, tes menyimak tingkat kritis, dan tes menyimak tingkat terapis. Tes menyimak tingkat marjinal bertujuan untuk mengetahui tingkat kepekaan pembelajar dalam membedakan suara dan untuk mengembangkan kepekaan pada komunikasi nonverbal. Tes menyimak apresiatif bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan pembelajar dalam menangkap dan memahami bahan simakan yang berhubungan dengan perasaan dan emosi sehingga dalam pelaksanaannya, pembelajar diberi bahan simakan yang bersifat menyenangkan, misalnya: drama, puisi, lagu, cerita, dan sebagainya.
Tes menyimak komprehensif bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman pembelajar terhadap pesan yang disimak. Tes menyimak kritis bertujuan untuk mengetahui pemahaman pembelajar terhadap bahan simakan yang dilanjutkan dengan memberi evaluasi, sedangkan tes menyimak terapis bertujuan untuk menyembuhkan seseorang, yang biasa dilakukan oleh seorang psikolog.
b. Evaluasi Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara sangat kompleks karena tidak hanya menuntut pemahaman terhadap masalah yang akan diinformasikan, tetapi juga menuntut kemampuan menggunakan perangkat kebahasaan dan nonkebahasaan. Evaluasi
keterampilan berbicara dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan pembelajar dalam menggunakan bahasa target secara lisan untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan keberadaannya.
Teknik evaluasi yang dapat digunakan dipaparkan sebagai berikut.
1) Mengucapkan huruf, nama, keadaan dalam bahasa target.
2) Menceritakan kembali dialog, cerita, peristiwa yang didengar atau yang dibaca.
3) Menceritakan gambar.
4) Melakukan wawancara.
5) Menyampaikan pengalaman, peristiwa, ilmu pengetahuan seecara lisan.
6) Menjawab pertanyaan sederhana dan komplek.
7) Bermain peran.
Tes Berbicara
Baik Harris (1969), Halim (1982), maupun Madsen (1983) menyatakan bahwa tes berbicara umumnya dianggap tes yang paling sukar. Salah satu sebabnya adalah bahwa hakikat keterampilan berbicara itu sendiri sukar didefinisikan. Pengalaman dalam kenyataan menunjukkan bahwa ada orang yang disebut pendiam, ada juga yang banyak bicara, tetapi kalau berbicara, kualitasnya ditinjau dari segi pilihan kata, tata bahasa, dan penalarannya, orang yang termasuk banyak bicara tadi belum tentu lebih baik. Orang yang pandai atau berpendidikan tinggi juga belum tentu pembicara-annya lancar dan mudah dipahami.
Tes berbicara dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya tes jawaban terbatas, teknik terbimbing, dan wawancara (Madsen,1983:12) tentu saja semua itu dilaksanakan secara lisan dan individual. Namun, menurut Halim (1974;136) dan Harris dapat juga tes berbicara dilaksanakan secara tertulis dengan bentuk objektif yang dapat menunjukkan bukti-bukti tidak langsung mengenai kemampuan berbicara seseorang. Hanya saja, tes bentuk ini kurang valid.
Nurgiyantoro (1995) membagi tes berbicara berdasarkan kriteria, yaitu (1) kriteria penyelenggaraan, dan (2) kriteria tingkatan yang dites. Berdasarkan kriteria penyelenggaraannya, tes berbicara dibedakan menjadi dua, yakni: (a) tes
berbicara secara terkendali, dan (b) tes berbicara bebas. Berdasarkan kriteria tingkatan yang dites, tes berbicara dibedakan menjadi tiga, yakni: (a) tes berbicara tingkat ingatan, (b) tes berbicara tingkat pemahaman, dan (c) tes berbicara tingkat peneraapan.
c. Evaluasi Keterampilan Membaca
Evaluasi keterampilan membaca dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pembelajar (1) memahami informasi, (2) menerima, mengklasifikasi, menganalisis, dan menyimpulkan informasi, (3) ketepatan lafal dan intonasi ketika membaca tes dalam bahasa target.
Teknik evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan membaca dipaparkan sebagai berikut.
1) Membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat
2) Menjawab pertanyaan-pertanyaan
3) Menyimpulkan tema dan unsur-unsur lainnya dari cerita yang dibaca
4) Mengindentifikasi, mengklasifikasi, dan menyimpulkan bahan bacaan
5) Menentukan kata sulit, umum, dan khusus, homonim, homofon, hiponim, sinonim, dan antonim.
6) Melengkapi bagian-bagian tertentu dari bacaan yang sengaja dihilangkan (teknik klose)
7) Menyusun kembali rangkaian informasi yang kurang tepat dari suatu bacaan dalam bahasa target
Tes Membaca
Kegiatan membaca ada bermacam-macan, di antaranya membaca cepat, membaca sekilas, membaca keras, dan membaca pemahaman. Pembedaan jenis membaca itu dapat didasarkan atas tujuannya atau teknisnya. Dalam tulisan ini, membaca yang dimaksud adalah membaca pemahaman, atau membaca untuk memahami isi bacaan.
Tes membaca memerlukan teks. Untuk memilih teks, Hughes (1989;119-120) memberikan nasihat sebagai berikut:
1. Ingatlah selalu spesifikasinya dan cobalah memilih sampel yang representatif dan jangan mengulangi memilih teks yang semacam hanya karena tersedia;
2. Pilihlah teks yang panjangnya sesuai;
3. Agar mendapatkan reliabilitas yang dapat diterima, masukkan kutipan sebanyak mungkin dalam tes itu;
4. Untuk tes membaca sekilas, carilah kutipan yang mengandung banyak informasi terpisah;
5. Pilihlah teks yang menarik bagi peserta, tetapi yang tidak terlalu mengagumkan atau mengganggu mereka;
6. Hindari teks yang merupakan informasi yang mungkin bagian dari pengetahuan umum calon;
7. Anggaplah bahwa hanya kemampuan membaca yang akan dites, jangan memilih teks yang terlalu bermuatan budaya; dan
8. Jangan menggunakan teks yang telah dibaca oleh siswa.
Bentuk tes membaca pemahaman meliputi; (1) tes membaca pemahaman literal, (2) tes membaca pemahaman interpretatif, dan (3) tes pemahaman membaca kritis.
d. Evaluasi Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan kiat menggunakan pola-pola lisan dalam menyampaikan suatu informasi. Dalam menulis, orang tidak hanya dituntut menguasai materi yang akan ditulis, tetapi juga mempu menggunakan perangkat kebahasaan secara tertulis. Penggunaan perangkat kebahasaan secara tertulis menjadi inti kegiatan menulis sebab penggunaan perangkat bahasa tulis berbeda dengan penggunaan perangkat kebahasaan secara lisan.
Evaluasi keterampilan menulis bertujuan mengetahui kemampuan pembelajar dalam menyampikan ide, perasaan, dan pikirannya, serta menggunakan perangkat bahasa target secara tulis.
Teknik evaluasi yang dapat digunakan dipaparkan berikut.
1. Menulis huruf, nama, peristiwa, dan keadaan yang diperdengarkan, diperlihatkan, dan bicara.2. Menyampaikan kembali secara tertulis suatu cerita, dialog, peristiwa yang didengar atau dibaca.
3. Menuliskan cerita berdasarkan gambar atau rangkaian gambar.
4. Melaporkan pengalaman, peristiwa, pekerjaan, atau perjalanan secara tulis.
5. Menjawab pertanyaan sederhana atau komplek secara tulis.
6. Membuat karangan berdasarkan tema tertentu.
7. Menggunakan ejaan dan tanda baca secara tetap.
Tes Menulis
Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang melibatkan berbagai kemampuan dan keterampilan secara terpadu. Tujuan pembelajaran menulis dapat dibedakan menjadi dua, yakni: (1) siswa mampu mengungkapkan unsur-unsur kebahasaan, seperti ejaan, kosakata, struktur kalimat, dan pemakaian paragraf, dan (2) siswa mampu mengungkapkan gagasannya dalam bentuk tulisan yang sesuai dengan konteks (pragmatik).
Tes kemampuan menulis juga ada beberapa macam. Hal ini di samping disebabkan oleh adanya tahapan dalam pengajaran menulis, juga karena ada banyak faktor yang dapat dinilai, seperti mekanis, kosakata, tata bahasa, ketetapan isi, diksi, retorika, logika, dan gaya (Madsen, 1983:101). Tompkins (dalam Ramli, 1998) mengatakan bahwa tes menulis dapat disikapi dalam dua aspek, yakni sebagai tes proses (tes menulis sebagai proses) dan tes produk (tes menulis sebagai produk). Oleh karena itu disarankan agar tes menggunakan portofolio, yaitu koleksi segala dokumentasi dan aktivitas siswa yang menunjukkan usaha, kemajuan, dan pencapaian siswa dalam satu atau beberapa bidang tertentu yang dapat digunakan sebagai alternatif atau pelengkap kegiatan tes.
Cara langsung untuk mengukur kemampuan menulis seseorang adalah dengan menyuruh seseorang itu menulis. Akan tetepi, tes bentuk esai ini banyak kelemahannya. Di samping itu, kemampuan menulis juga dapat diukur dengan tes objektif. Baik tes bentuk esai maupun bentuk objektif mempunyai kelebihan dan kekurangan. Apalagi jumlah peserta tes besar jumlahnya, tes objektif akan lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar