Cerpen Tentang Etika Profesi Akuntansi
Cermin dihadapanku mematulkan
sesosok pria berpakaian kemeja lengan panjang yang tak begitu ketat dan rambut
yang tertata dengan cukup rapi. Ya, itu diriku. Setelah menunggu selama
berbulan-bulan setelah libur pasca wisuda, akhirnya aku mendapatkan pekerjaan
yang sesuai dengan bidang yang kutekuni selama kuliah di Universitas Gunadarma,
yaitu sebagai seorang akuntan. Namaku Sebastian, seorang pemuda lajang berumur
23 tahun yang sedang mencari pekerjaan. Setelah mengirim lamaran di job fair
yang diadakan di kampusku, akhirnya aku berhasil diterima di perusahaan swasta
yang bergerak di bidang industri batubara di Jakarta.
Setelah siap dengan peralatan yang
kubawa, aku segera berangkat dengan menaiki sepeda motor yang telah menemani
selama 4 tahun sejak aku kuliah. Hangatnya matahari pagi ini tak menyurutkan
semangatku dalam bekerja, meskipun asap-asap kendaraan umum di kota ini cukup
menyesakkan napas. Tidak sampai waktu 30 menit, aku akhirnya tiba diperusahaan
yang menerimaku untuk bekerja. Satpam didekat
pintu masuktampak menatapku tajam, dan segera kuhampiri satpam yang kira-kira
berusia 40 tahunan itu. “permisi pak, saya pegawai baru diperusahaan ini. Jika ingin
menemui Pak Sukma jabatan accounting managerial disebelah mana ya pak?” tanyaku
sambil membaca kartu nama yang diberikan saat lulus wawancara. “oh… Pak Sukma
Sudrajat maksud mas? Naik aja dilantai 4 trus belok kiri lurus mentok kalo ada
pertigaan, mas belok kanan, jalan aja pelan-pelan nanti dibelokan kedua ada
jalan, mas masuk aja terus belok kiri, disana ada 2 ruangan, mas masuk aja
salah satu. Kalo salah ya ruang yang satunya. Maklum mas saya udah tua jadi
lupa-lupa inget.” Jawab satpam itu sambil memainkan kumisnya yang cukup tebal. “wahh..
repot juga ya.. yaudah deh makasih ya pak” jawabku kebingungan.
Untung saja, daya ingatku tidak
berkurang. Karena sudah terbiasa dengan soal kuis yang pasti mirip dengan soal
UTS waktu kuliah, aku sekarang jadi mahir menghafal. Untung saja aku masuk
Universitas Gunadarma. Setelah mengikuti langkah-langkah yang diberikan satpam
tadi, akhirnya aku berhasil menemukan ruangan Pak Sukma tanpa kesulitan. Sebelum
kuketuk pintunya, ku rapikan lagi dasi biru tua ku yang tadi agak longgar. Sambil
mengambil nafas, kuketuk pintu ruangan itu dan langsung disambut dengan jawaban
seseorang untuk masuk. Tampak seorang bapak-bapak dan dua orang staff pria dan
satunya wanita tampak sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Langusng saja
kuhampiri bapak-bapak yang sedang menulis sesuatu dimeja yang tercantum nama “Sukma
Sudrajat”.
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama
saya Sebastian, pegawai baru yang diterima pada saat diadakan jobfair di
Universitas Gunadarma sebulan yang lalu. Saya diterima dilowongan staff
akuntan.” Jawabku tegang namun lancar.
“ohh…
iya, saya sudah dapat kabar dari manager rekruitmen. Saya kepala staff akuntan
disini. Apa kamu benar-benar siap untuk bekerja? Dunia akuntan tidak seperti yang anda
bayangkan.” Jawab Pak Sukma.
“Saya
sudah siap pak. Tetapi dunia akuntan yang tidak seperti saya bayangkan masih
mengganjal dipikiran saya. Bisakah tolong bapak jelaskan lagi?” tanyaku
kebingungan. Sambil menghela nafas selama beberapa detik dan menatap arah yang
lain, pak Sukma kembali menatapku tajam sambil berkata pelan namun tegas. “Kejujuran.
Sekarang kejujuran begitu sulit. Kalau kita jujur, pasti rugi. Maka dari itu
perusahaan kami hanya ingin memperkerjaan pegawai yang mau diperintah untuk
memanipulasi laporan keuangan. Melaporkan laba yang kecil, membesarkan
pengeluaran, melaporkan pajak yang kecil. Yang penting kita bisa untung.” Jawabnya
lugas.
Aku hanya diam terpaku. Ini adalah
pekerjaan pertama yang berhasil kuraih, tetapi aku harus bertindak layaknya
seorang penipu. Apakah yang harus kulakukan? tetap menerima pekerjaan yang
diberikan namun curang, atau mencari perusahaan baru? Ketukan pulpen pak Sukma
memecahkan lamunanku. “Bagaimana Sebastian? Bila kamu nurut, kamu pasti dapat
persenan kok. Mumpung kita ini ada pelaporan akhir tahun, direktur pusat yang
memerintahkan ini. Jadi ini memang syarat dari direktur pusat untuk memilih
akuntan yang bisa dikendalikan apalagi kamu fresh graduated kan? Lumayan nambah
gaji.” Kata Pak Sukma.
Dengan wajah tersenyum lebar dan
berdiri, akhirnya aku menyalami Pak Sukma. “Terimakasih pak, atas tawaran anda.
Namun sayang sekali, saya nggak bisa menerima tawaran bapak. Saya seorang
akuntan akuntan adalah perusahaan professional
yang menjunjung tinggi kejujuran. Meskipun saya seorang fresh graduated, saya
punya etika profesi akuntansi, pak. Itu yang menjadi dasar pedoman hidup saya. Tanpa
mengurangi segala hormat, saya pamit permisi pak.” Jawabku dengan senyum kecil
lalu beranjak keluar dari ruangan itu. Kedua staff lain yang tadi sibuk
mengerjakan tugasnya hanya menatapiku dengan raut wajah yang tidak
menyenangkan. Saat hendak mencapai pintu
keluar, tiba-tiba terdengar teriakan
dari Pak Sukma. “Sebastian! Selamat kamu lulus test awal!” jawab pak Sukma
sambil bertepuk tangan disambut dengan tepuk tangan kedua staff lainnya.
Aku masih terkejut dengan maksud Pak
Sukma. Pak Sukma segera menghampiriku dan menyalamiku kembali. “Kamu adalah
staff yang saya cari-cari. Apa kamu bisa lihat kenapa staff disini hanya dua
orang? Karena dari puluhan hingga ratusan pelamar, hanya merekalah yang
memiliki jawaban seperti kamu. Selamat datang di Staff accounting PT. Jujur Itu
Manjur!!”
NB: CERITA INI HANYA FIKSI. APABILA ADA PERSAMAAN NAMA, TEMPAT DAN WAKTU MOHON DIMAKLUMIN YE… NAMANYA JUGA TUGAS CERPEN !!
0 komentar:
Posting Komentar