HUBUNGAN PENOKOHAN DENGAN NOVEL “ JALAN MENIKUNG PARA PRIYAYI 2 “ KARYA UMAR KAYAM
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Sastra
adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan,
semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan
pesona dengan alat-alat bahasa ( Sumarno dan Saini, 1991 : 3). Pernyataan di
atas mengandung makna bahwa manusia menggunakan karya sastra sebagai sarana
untuk mengungkapkan gagasan, pengalaman, pemikiran dan sebagainya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa karya sastra sangat bermanfaat bagi manusia dan pembacanya.
Karya
sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu meniggalkan kesan yang mendalam
bagi pembacanya. Pembaca dapat dengan bebas melarutkan diri bersama karya itu,
dan mendapatkan kepuasan oleh karenanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu
karya bisa dijadikan media dakwah.
Menurut
Aristoteles karya sastra dapat digolongkan dalam beberapa kriteria. Ada tiga
kriteria dipandang dari segi perwujudannya, diantara ketiga kriteria tersebut
adalah teks naratik ( epik ) yaitu novel, roman dan cerpen.
Dalam
sebuah novel yang merupakan salah satu bentuk karya sastra, terdapat unsur
intrinstik dan ektrinstik yang selalu melingkupi jalan ceritanya. Dan unsur
intrinstik yang paling menonjol adalah penokohan.
Penokohan
menjadi unsur yang sangat penting dalam sebuah novel, yang menjadi dasar
pengarang dalam mengembangkan karangannya. Akan tetapi, dalam menampilkan
tokohnya pengarang sering menampilkan secara implisit sehingga tidak semua
pembaca dapat memahami maksud dalam sebuah novel. Untuk itulah kami menyusun
karya tulis ini dengan memberi penjelasan yang lebih mendalam tentang penokohan
dalam karya sastra bentuk novel.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud
dengan Penokohan ?
2. Apakah sinopsis novel
“Jalan Menikung Para Priyayi 2” karya Umar Kayam ?
3. Bagaimanakah hubungan
penokohan dengan novel “Jalan Menikung Para Priyayi 2” karya Umar Kayam ?
1.3.
Tujuan Yang Ingin di Capai
1)
Ingin
mengetahui yang dimaksud dengan Penokohan
2)
Ingin
mengetahui sinopsis novel “Jalan Menikung Para Priyayi 2” karya Umar Kayam
3)
Ingin
mengetahui hubungan penokohan dengan novel “Jalan Menikung Para Priyayi 2”
karya Umar Kayam
BAB 2
HUBUNGAN PENOKOHAN DENGAN NOVEL “ JALAN MENIKUNG PARA PRIYAYI 2 “ KARYA UMAR KAYAM
2.1. Penokohan
2.1.1. Tokoh
Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2002: 165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Aminudin (2002:79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang. Ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar, sewajar sebagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari daging dan darah, yang mempunyai pikiran dan perasaam (Nurgiyantoro, 2002:167). Sedangkan menurut Sudjiman tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa cerita. Tokoh biasanya berupa manusia tetapi bisa juga berwujud binatang ataupun benda yang dihidupkan oleh pengarangnya.
Tokoh berdasarkan perannya ada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian meupun yag dikenai kejadian. Sedangkan tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama, kehadirannya berkaitan dengan tokoh utama secara langsung (Nurgiyantoro, 2002:176)
Dalam buku yang sama Nurgiyantoro (177-178) menjelaskan bahwa tokoh utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari seorang, walau kadar keutamaannya tak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan.
2.1.2 Penokohan
Penokohan dan perwatakan adalah cara penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh baik keadaan lahir maupun batinnya, yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinan, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain (Suhariyanto, 1982:31). Aminudin (2002: 80) menjelaskan melihat watak yang digambarkan pengarang melalui:
1. Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya
2. Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian
3. Menunjukan bagaimana perilakunya
4. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri
5. Memahami mana jalan pikirannya
6. Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya
7. Melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya
8. Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya
Biasanya di dalam suatu cerita fiksi terdapat tokoh cerita atau pelaku cerita. Tokoh cerita bisa satu atau lebih. Tokoh yang paling banyak peranannya di dalam suatu cerita di sebut tokoh utama. Antara tokoh yang satu dengan yang lain ada keterkaitan. Tindakan tokoh cerita ini merupakan rangkaian peristiwa antara satu kesatuan waktu dengan waktu yang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tokoh tentu ada penyebabnya dalam hal ini adalah tindakan-tindakan atau peristiwa sebelumnya. Jadi mengikuti atau menelusuri jalannya cerita sama halnya dengan mengikuti perkembangan tokoh melalui tindakan-tindakannya. Namun definisi penokohan juga disebutkan oleh beberapa tokoh. Yaitu:
1. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro
Penokohan adalah gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita ( 1998 : 165 ), atau penokohan karakter adalah begaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam cerita rekannya ( Esten, 1994 ).
2. Menurut Stanton dalam Semi (1984:31)
Yang dimaksud dengan penokohan dalam suatu fiksi biasanya dipandang dari dua segi. Pertama: mengacu kepada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita; yang kedua adalah mengacu kepada perbauran dari minat, keinginan, emosi, dan moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita.
3. Menurut Sumardjo dan Saini
Melukiskan watak tokoh dalam cerita dapat dengan cara sebagai berikut:
1. Melalui perbuatanya, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam menghadapi situasi kritis.
2. Melalui ucapan-ucapannya.
3. Melalui gambaran fisiknya
4. Melalui keterangan langsung yang ditulis oleh pengarang ( 1991 : 65-66).
Sudjirman menyebutkan ada dua metode untuk menggambarkan watak tokoh, yaitu metode analitik dan metode dramatik. Metode analitik, biasa bisa juga disebut metode peran adalah pemaparan watak tokoh secara rinci baik ciri fisik maupun psikisnya. Sedang metode dramatik adalah penggambaran watak tokoh melalui pikiran, ucapan, tingkah laku tokoh, lingkungan ataupun dari penampilan fisik saja.
Berdasarkan
pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan
tokoh/pelaku melalui sfat-sifat dan tingkah laku dalam cerita.
2.1.3. Macam-macam Penokohan
1. Tokoh Protagonis adalah tokoh utama dalam drama yang dimunculkan untuk mengatasi berbargai persoalan yang dihadapi dalam cerita.
2. Tokoh Antagonis adalah tokoh yang melawan Protagonis.
3. Tokoh Tritagonis adalah tokoh pendamai yaitu tokoh yang tidak memiliki sifat Protagonis dan Antagonis.
2.2. Sinopsis Novel “ Jalan Menikung Para Priyayi 2” Karya Umar Kayam
“JALAN
MENIKUNG PARA PRIYAYI 2” merupakan sebuah novel setebal 184 halaman karya
penulis ternama Indonesia Umar Kayam. Novel ini menceritakan kisah seorang
pemuda pribumi Indonesia yang belajar menuntut ilmu di Negeri Paman Sam.
Eko pemuda cerdas anak pasangan Harimurti
dengan Sulistyanigsih ini mendapatkan beasiswa dari AFS(American Field Service)
untuk belajar di Amerika Serikat dan bahkan menamatkan Sekolah Menengah Atas di
Sunnybrook College di kota Sunnybrook, Connecticut, AS. Setelah dua tahun
sekolah dan menamtkan masa SMAnya di Sunnybrook College, Eko ingin kembali ke
tanah air untuk berbhakti kepada Negara dan orangtuanya di Indonesia . Akan
tetapi, karena terbentur masa lalu ayahnya yang dianggap tidak bersih dari
G30S/PKI akhirnya Eko melanjutkan study nya di Sunnybrook College. Setelah
mendapatkan ijazah Sunnybrook College dengan predikat summa cum laude, Eko
langsung diterima di perusahaan penerbutan Asia Books, sebuah perusahaan
penerbitan internasional di New York. Kehidupan Eko di New York tidak hanya
sekedar untuk belajar dan bekerja tetapi ia juga menjalin hubungan dengan
masyarakat New York layaknya di Indonesia. Pada akhir bulan September, musim
gugur, dipinggir sungai kecil di batas kota, ia berkenalan dengan wanita cantik
Amerika keturunan Yahudi bernama Claire Levin. Mereka semakin dari semakin intim
layaknya orang berpacaran.
Harimurti dan Sulis orang tua Eko, yang merindukan
kedatangan anak semata mayangnya itu. Tiba-tiba mereka mendapatkan surat dari
New York yang berisikan eko meminta restu dari Bapak-Ibunya untuk meikah dengan
gadis Amerika dari keturunan Yahudi. Mereka sempat terkejut dengan isi surat
yang dikirim Eko, karena anak mereka akan menikah dengan gadis asing keturunan
yahudi pula yang tentu saja berlainan agama dengan Eko. Akan teapi dengan
bijaksana dan demi kenyamanan hidup Eko, Hari dan Suli membalas surat Eko dan
Merestui hubungan mereka.
Maka pesta perkawinan Eko dan Claire pun terjadilah.
Perkawinan sipil, bukan perkawinan agama. Claire menggunakan gaun putih yang
sederhana namun cukup chic, sedang Eko, memenuhi pesan ibunya, memakai setelan
hitam, tuxedo, berdasi kupu putih, dan berpeci hitam. Eko mengucapkan surat
Al-Fatihah dan surat Ar-Rumm sebagai janji kepada orang tuanya dan dirinya
sendiri. Sedang Alan Bernstein dipilih Eko sebagai walinya. Pernikahan itu
hanya dihadiri hanya kurang lebih lima puluh undangan seperti yang diinginkan
keluarga Levin. Setelah mengadakan pesta yang cukup melelahkan Claire dan Eko
mendapatkan kado istimewa dari Alan Bernstein yang merupakan rekan kerja
sekaligus orangtua angkat Eko di New York, Ia memberikan sebuah surat tugas
sekaligus sebagai tiket bulan madu untuk Eko dan Claire ke Tokyo, Hongkong,
Singapura, Kuala Lumpur, dan Jakarta. Mereka sangat senang dan berterima kasih
kepada Alan dan tentu saja kepad Asia Books tempat Eko bekerja.
Mereka pun memulai perjalanan mereka ke Tokyo dilanjutkan ke
Hongkong, singapura, Kuala Lumpur dan di lanjutkan ke Jakarta. Hari, Suli,
serta Lantip dan Halimah, paman dan bibi Eko menjemput kedatangan mereka di
bandara Soekarno-Hatta.
Setelah menunggu dua jam karena buruknya cuaca, akhirnya Eko
beserta Claire akhirnya datang, mereka disambut dengan lambaian tangan orang
tua dan paman bibi dari kejauhan. Di dalam benak Suli anaknya nampak beda, ia
kelihatan nampak lebih tinggi, lebih putih dan nampak lebih kurus dan Claire
kok nampak bule betul. Mereka pun saling berpelukan dan bersalaman seraya
merayakan kedatangan Eko dan Claire.
Eko dan Claire di jamu oleh orang tua mereka layaknya tamu
spesial datang dari jauh. Mereka dimanjakan dengan masakan asli Indonesia yang
begitu beragam, musik gamelan yang begitu terlatih yang dimainkan oleh Lantip
dan Harimurti. Tentu saja hal ini terasa asing oleh Claire, namun Eko selalu
menjelaskan dan juga didukung oleh Suli dan Halimah yang memberitahu akan
ke-khasan masakan Indonesia khususnya jawa dan padang. Mulai pecel, sup buntut,
sambal terasi, sampai masakan padang yang terkenal pedas dan berlemak. Eko dan
Claire juga melakukan bulan madu dengan mengunjungi pusat-pusat kota di Jakarta
dan tidak lupa sowan ke kerabat oangtua mereka. Suatu hari mereka sowan ke
rumah pakde Tommi dan bibi Jannet, sepupu dari Harimurti yang selalu berbeda
pendapat dengan Hari akan pemugaran makam embah kakung-putri Eko. Tommi dan
Jannet memang terkenal agak sombong dan suka pamer kekayaan, namun mereka orang
yang baik.
Setelah kurang lebih satu bulan setengah tinggal di Jakarta
dan karena masa tugasnya di Asia tenggara telah habis, Eko dan Claire pun
memutuskan untuk kembali ke New York. Mereka di Lepas oleh Hari, Suli, Lantip
dan Halimah di bandara dengan haru. Dalam perjalanannya di pesawat, eko
berfikir bahwa ia telah kehilangan kejawaan, keIndonesiaan serta sadar bahwa
telah menempuh jalan menikung dari kerabat besarnya. Namun hal itu tidak
membuatnya sedih dan kecewa telah memiliki istri orang Amerika keturunan
Yahudi.
2.3.Hubungan Penokohan Novel “ Jalan Menikung Para Priyayi 2” Karya
Umar Kayam
Dari cuplikan sinopsis novel
“JALAN MENIKUNG PARA PRIYAYI 2” di atas, dapat diketahui bahwa unsur intrinsik
yaitu penokohan begitu terlihat dengan berbagai macam karakteristiknya. Adapun
tokoh yang terdapat dalam novel ini adalah:
2.3.1. Tokoh
2.3.1. Tokoh
1.TOKOH UTAMA
Eko Harimurti
2.TOKOH SAMPINGAN:
a)
Claire Levin
b)
Harimurti ( Ayah Eko )
c)
Sulistianingsih ( Ibu Eko )
d)
Lantip (paman Eko )
e)
Halimah ( Bibi Eko )
f)
Tommi ( Paman Eko )
g)
Jannet ( Istri Tommi )
Sedangkan peranan tokoh
yang digambarkan melalui sifatnya dalam novel “JALAN MENIKUNG PARA PRIYAYI 2”
ini adalah :
1.TOKOH PROTAGONIS:
a)
Eko
b)
Harimurti
c)
Sulistianingsih
d)
Lantip
e)
Halimah
f)
Claire
g)
Jannet
2.
TOKOH ANTAGONIS:
Tommi
2.3.2.
Penokohan
2.3.2.1.
PROTAGONIS
1. Eko
a.Melalui penggambaran perilakunya:
Tidak lupa
Eko mengirim surat ke Indonesia untuk mendapatkan restu dari
Orang tuanya karena akan menikahi Claire.
Orang tuanya karena akan menikahi Claire.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh
:
“Berbakti
kepada rakyat dan Negara! Ya. ini janjiku kepada orang tua saya, kepada seluruh
keluarga besar saya.”
* Dari cuplikan diatas dapat
diketahui bahwa Eko mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh yang membawakan
perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
2.Claire Levin
a.Melalui penggambaran perilakunya:
Claire pun tidak dapat
tidak selain mencobanya,lauk demi lauk yang ditawarkan Haru dan Suli.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh
:
“Claire
dan Eko akan selalu merindukan Bapak, Ibu, paman Lantip dan bibi halimah.
Terima kasih Atas semuanya…..”
* Dari cuplikan diatas dapat
diketahui bahwa Claire mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh yang membawakan
perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
3.Harimurti
a.Melalui penggambaran perilakunya:
a.Melalui penggambaran perilakunya:
Dan
Harimurti dengan terampilanya memainkan pengantarnya , dan anak-anak mereka
menikmati makananya dengan manja.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh
:
“Saya Harimurti, bapaknya Eko. Jadi, bapakmu juga. Dan ini Etek halimah
dan pakde Lantip. Kenalkan saja ya, Claire.”
* Dari cuplikan diatas dapat
diketahui bahwa Harimurti mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh yang membawakan
perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
4.Sulistianingsih
a.Melalui penggambaran perilakunya:
a.Melalui penggambaran perilakunya:
Suli langsung merangkul
anakya dan menciuminya seakan melunaskan nazar yang sudah lama dikandung.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh
:
“Claire,
kalau kamu sudah mengantuk dan mau segera tidur, tunggu dulu, ya? Biar mbok nem
bereskan tempat tidur kalian dan pasang obat nyamuk.
* Dari cuplikan diatas dapat
diketahui bahwa Sulistianingsih mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh
yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
5.Lantip
a.Melalui penggambaran perilakunya:
a.Melalui penggambaran perilakunya:
Tak luput Lantip pun ikut
menawarkan makanan khas jawa itu kepada Claire.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh :
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh :
“Kalau sudah hilang capek kalian,
besok-besok kalian ganti main dan makan di rumah kami.”
* Dari cuplikan diatas dapat diketahui
bahwa Lantip mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh yang membawakan
perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
6.Halimah
a.Melalui penggambaran perilakunya:
a.Melalui penggambaran perilakunya:
Sambil menunggu Suli dan
Halimah menyiapkan makanan.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh
:
“Etek nanti masak masakan padang
buat Claire. Maukan Claire?”
* Dari cuplikan diatas dapat
diketahui bahwa Halimah mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh yang membawakan
perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
7.Jannet
a.Melalui penggambaran perilakunya:
a.Melalui penggambaran perilakunya:
Jannet segera menyuruh
pelayan untuk menyiapkan itu semua. Mereka segera minum setelah pelayan dating membawa
minuman.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh
:
“Ayo
Claire, ambilah. Jangan malu-malu. Ini hadiah dari auntie, kok.”
2.3.2.2. ANTAGONIS
1. Tommi
a.Melalui penggambaran oleh tokoh
lain:
Eko merah padam menahan
geram setelah mendengar ucapan pamannya itu.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh
:
“Eko
sudah berapa tahun di Amerika, kok masih sawo mateng saja kulitmu? Tapi disana
kulit begitu yang paling laku ya, Ko, Claire? Dan kau, Claire, putih seperti
batu pualam, rambutmu hitam kecoklat-coklatan, hidungmu mancung meski tidak
semancung Yahudi-yahudi kebanyakan. Wah, sempurna betul. Cuantik Ko Istimu.”
BAB 3
PENUTUP
3.1.
Saran
Penokohan dan perwatakan adalah cara penyajian watak tokoh dan penciptaan
citra tokoh baik keadaan lahir maupun batinnya, yang dapat berupa pandangan
hidupnya, sikapnya, keyakinan, dan
sebagainya. Sedangkan yang dimaksud watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar
dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain
Dari hasil
analisis di atas,dapat diketahui novel tersebut dibangun oleh berbagai macam
penokohan yang mempunyai karakter yang berbeda-beda. Secara umum penokohannya
dibagi dua macam:
- TOKOH UTAMA yang diperankan oleh Eko Harimurti, yaitu pemuda pribumi yang mencari ilmu di Amerika Serikat.
- TOKOH SAMPINGAN yang seara garis besar diperankan oleh Lantip(Ayah Eko), Sulistianingsih(Ibu Eko), Lantip, Halimah, Claire(istri Eko), Jannet, dan Tommi.
Disini
dapat terlihat bahwa dalam novel ini pengarang menampilkan penokohan secara
eksplisit, yaitu dengan cara langsung (menggambarkan bentuk lahir) dan secara
tidak langsung (menunjukkan bagaiman perilakunya).
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin.1987.Pengantar Apresiasi Karya sastra.Bandung: Sinar Baru.
Semi ,M.Atar. 1998 .Anatomi Sastra. Padang: Angkasa raya.
Rampan, Korrie Layun. 2000.Angkatan 2000 dalam sastra Indonesia. Cetakan
Pertama
Jakarta: PT Gramedia Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar