Sabtu, 20 Februari 2016

novel

HUBUNGAN PENOKOHAN DENGAN NOVEL “ JALAN MENIKUNG PARA PRIYAYI 2 “ KARYA UMAR KAYAM

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa ( Sumarno dan Saini, 1991 : 3). Pernyataan di atas mengandung makna bahwa manusia menggunakan karya sastra sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan, pengalaman, pemikiran dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karya sastra sangat bermanfaat bagi manusia dan pembacanya.
Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu meniggalkan kesan yang mendalam bagi pembacanya. Pembaca dapat dengan bebas melarutkan diri bersama karya itu, dan mendapatkan kepuasan oleh karenanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu karya bisa dijadikan media dakwah.
Menurut Aristoteles karya sastra dapat digolongkan dalam beberapa kriteria. Ada tiga kriteria dipandang dari segi perwujudannya, diantara ketiga kriteria tersebut adalah teks naratik ( epik ) yaitu novel, roman dan cerpen.
Dalam sebuah novel yang merupakan salah satu bentuk karya sastra, terdapat unsur intrinstik dan ektrinstik yang selalu melingkupi jalan ceritanya. Dan unsur intrinstik yang paling menonjol adalah penokohan.
Penokohan menjadi unsur yang sangat penting dalam sebuah novel, yang menjadi dasar pengarang dalam mengembangkan karangannya. Akan tetapi, dalam menampilkan tokohnya pengarang sering menampilkan secara implisit sehingga tidak semua pembaca dapat memahami maksud dalam sebuah novel. Untuk itulah kami menyusun karya tulis ini dengan memberi penjelasan yang lebih mendalam tentang penokohan dalam karya sastra bentuk novel.
1.2. Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Penokohan ?
2.      Apakah sinopsis novel “Jalan Menikung Para Priyayi 2” karya Umar Kayam ?
3.      Bagaimanakah hubungan penokohan dengan novel “Jalan Menikung Para Priyayi 2” karya Umar Kayam ?
1.3. Tujuan Yang Ingin di Capai
1)      Ingin mengetahui yang dimaksud dengan Penokohan
2)      Ingin mengetahui sinopsis novel “Jalan Menikung Para Priyayi 2” karya Umar Kayam
3)      Ingin mengetahui hubungan penokohan dengan novel “Jalan Menikung Para Priyayi 2” karya Umar Kayam
BAB 2

HUBUNGAN PENOKOHAN DENGAN NOVEL “ JALAN MENIKUNG PARA PRIYAYI 2 “ KARYA UMAR KAYAM

 

2.1. Penokohan

2.1.1. Tokoh

Tokoh cerita menurut Abrams (dalam  Nurgiyantoro, 2002: 165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu  karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.  

Aminudin (2002:79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang. Ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar, sewajar sebagaimana kehidupan manusia yang terdiri dari daging dan darah, yang mempunyai pikiran dan perasaam (Nurgiyantoro, 2002:167). Sedangkan menurut Sudjiman tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa cerita. Tokoh biasanya berupa manusia tetapi bisa juga berwujud binatang ataupun benda yang dihidupkan oleh pengarangnya.

Tokoh berdasarkan perannya ada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan  penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik  sebagai pelaku kejadian meupun yag dikenai  kejadian. Sedangkan tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan  tokoh utama, kehadirannya berkaitan dengan tokoh utama secara langsung  (Nurgiyantoro, 2002:176)

Dalam  buku yang sama Nurgiyantoro (177-178) menjelaskan bahwa tokoh utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari seorang, walau kadar keutamaannya tak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya  terhadap perkembangan plot secara keseluruhan. 

 

2.1.2 Penokohan

Penokohan dan perwatakan adalah  cara penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh baik keadaan lahir maupun batinnya, yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinan,  dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain (Suhariyanto, 1982:31).  Aminudin (2002: 80) menjelaskan   melihat watak yang digambarkan pengarang melalui:

1.      Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya

2.      Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian

3.      Menunjukan bagaimana perilakunya

4.      Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri

5.      Memahami mana jalan pikirannya

6.      Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya

7.      Melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya

8.      Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang  lain itu memberikan reaksi terhadapnya

Biasanya di dalam suatu cerita fiksi terdapat tokoh cerita atau pelaku cerita. Tokoh cerita bisa satu atau lebih. Tokoh yang paling banyak peranannya di dalam suatu cerita di sebut tokoh utama. Antara tokoh yang satu dengan yang lain ada keterkaitan. Tindakan tokoh cerita ini merupakan rangkaian peristiwa antara satu kesatuan waktu dengan waktu yang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tokoh tentu ada penyebabnya dalam hal ini adalah tindakan-tindakan atau peristiwa sebelumnya. Jadi mengikuti atau menelusuri jalannya cerita sama halnya dengan mengikuti perkembangan tokoh melalui tindakan-tindakannya. Namun definisi penokohan juga disebutkan oleh beberapa tokoh. Yaitu:

1.      Menurut Jones dalam Nurgiyantoro

Penokohan adalah gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita ( 1998 : 165 ), atau penokohan karakter adalah begaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam cerita rekannya ( Esten, 1994 ).

2.      Menurut Stanton dalam Semi (1984:31)

Yang dimaksud dengan penokohan dalam suatu fiksi biasanya dipandang dari dua segi. Pertama: mengacu kepada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita; yang kedua adalah mengacu kepada perbauran dari minat, keinginan, emosi, dan moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita.

3.      Menurut Sumardjo dan Saini

Melukiskan watak tokoh dalam cerita dapat dengan cara sebagai berikut:

1.      Melalui perbuatanya, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam menghadapi situasi kritis.

2.      Melalui ucapan-ucapannya.

3.      Melalui gambaran fisiknya

4.      Melalui keterangan langsung yang ditulis oleh pengarang ( 1991 : 65-66).

Sudjirman menyebutkan ada dua metode untuk menggambarkan watak tokoh, yaitu metode analitik dan metode dramatik. Metode analitik, biasa bisa juga disebut metode peran adalah pemaparan watak tokoh secara rinci baik ciri fisik maupun psikisnya. Sedang metode dramatik adalah penggambaran watak tokoh melalui pikiran, ucapan, tingkah laku tokoh, lingkungan ataupun dari penampilan fisik saja.

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan tokoh/pelaku melalui sfat-sifat dan tingkah laku dalam cerita.

2.1.3. Macam-macam Penokohan

1.      Tokoh Protagonis adalah tokoh utama dalam drama yang dimunculkan untuk mengatasi berbargai persoalan yang dihadapi dalam cerita.

2.      Tokoh Antagonis adalah tokoh yang melawan Protagonis.

3.      Tokoh Tritagonis adalah tokoh pendamai yaitu tokoh yang tidak memiliki sifat Protagonis dan Antagonis.

 

2.2. Sinopsis Novel “ Jalan Menikung Para Priyayi 2” Karya Umar Kayam

“JALAN MENIKUNG PARA PRIYAYI 2” merupakan sebuah novel setebal 184 halaman karya penulis ternama Indonesia Umar Kayam. Novel ini menceritakan kisah seorang pemuda pribumi Indonesia yang belajar menuntut ilmu di Negeri Paman Sam.
            Eko pemuda cerdas anak pasangan Harimurti dengan Sulistyanigsih ini mendapatkan beasiswa dari AFS(American Field Service) untuk belajar di Amerika Serikat dan bahkan menamatkan Sekolah Menengah Atas di Sunnybrook College di kota Sunnybrook, Connecticut, AS. Setelah dua tahun sekolah dan menamtkan masa SMAnya di Sunnybrook College, Eko ingin kembali ke tanah air untuk berbhakti kepada Negara dan orangtuanya di Indonesia . Akan tetapi, karena terbentur masa lalu ayahnya yang dianggap tidak bersih dari G30S/PKI akhirnya Eko melanjutkan study nya di Sunnybrook College. Setelah mendapatkan ijazah Sunnybrook College dengan predikat summa cum laude, Eko langsung diterima di perusahaan penerbutan Asia Books, sebuah perusahaan penerbitan internasional di New York. Kehidupan Eko di New York tidak hanya sekedar untuk belajar dan bekerja tetapi ia juga menjalin hubungan dengan masyarakat New York layaknya di Indonesia. Pada akhir bulan September, musim gugur, dipinggir sungai kecil di batas kota, ia berkenalan dengan wanita cantik Amerika keturunan Yahudi bernama Claire Levin. Mereka semakin dari semakin intim layaknya orang berpacaran.
Harimurti dan Sulis orang tua Eko, yang merindukan kedatangan anak semata mayangnya itu. Tiba-tiba mereka mendapatkan surat dari New York yang berisikan eko meminta restu dari Bapak-Ibunya untuk meikah dengan gadis Amerika dari keturunan Yahudi. Mereka sempat terkejut dengan isi surat yang dikirim Eko, karena anak mereka akan menikah dengan gadis asing keturunan yahudi pula yang tentu saja berlainan agama dengan Eko. Akan teapi dengan bijaksana dan demi kenyamanan hidup Eko, Hari dan Suli membalas surat Eko dan Merestui hubungan mereka.
Maka pesta perkawinan Eko dan Claire pun terjadilah. Perkawinan sipil, bukan perkawinan agama. Claire menggunakan gaun putih yang sederhana namun cukup chic, sedang Eko, memenuhi pesan ibunya, memakai setelan hitam, tuxedo, berdasi kupu putih, dan berpeci hitam. Eko mengucapkan surat Al-Fatihah dan surat Ar-Rumm sebagai janji kepada orang tuanya dan dirinya sendiri. Sedang Alan Bernstein dipilih Eko sebagai walinya. Pernikahan itu hanya dihadiri hanya kurang lebih lima puluh undangan seperti yang diinginkan keluarga Levin. Setelah mengadakan pesta yang cukup melelahkan Claire dan Eko mendapatkan kado istimewa dari Alan Bernstein yang merupakan rekan kerja sekaligus orangtua angkat Eko di New York, Ia memberikan sebuah surat tugas sekaligus sebagai tiket bulan madu untuk Eko dan Claire ke Tokyo, Hongkong, Singapura, Kuala Lumpur, dan Jakarta. Mereka sangat senang dan berterima kasih kepada Alan dan tentu saja kepad Asia Books tempat Eko bekerja.
Mereka pun memulai perjalanan mereka ke Tokyo dilanjutkan ke Hongkong, singapura, Kuala Lumpur dan di lanjutkan ke Jakarta. Hari, Suli, serta Lantip dan Halimah, paman dan bibi Eko menjemput kedatangan mereka di bandara Soekarno-Hatta.
Setelah menunggu dua jam karena buruknya cuaca, akhirnya Eko beserta Claire akhirnya datang, mereka disambut dengan lambaian tangan orang tua dan paman bibi dari kejauhan. Di dalam benak Suli anaknya nampak beda, ia kelihatan nampak lebih tinggi, lebih putih dan nampak lebih kurus dan Claire kok nampak bule betul. Mereka pun saling berpelukan dan bersalaman seraya merayakan kedatangan Eko dan Claire.
Eko dan Claire di jamu oleh orang tua mereka layaknya tamu spesial datang dari jauh. Mereka dimanjakan dengan masakan asli Indonesia yang begitu beragam, musik gamelan yang begitu terlatih yang dimainkan oleh Lantip dan Harimurti. Tentu saja hal ini terasa asing oleh Claire, namun Eko selalu menjelaskan dan juga didukung oleh Suli dan Halimah yang memberitahu akan ke-khasan masakan Indonesia khususnya jawa dan padang. Mulai pecel, sup buntut, sambal terasi, sampai masakan padang yang terkenal pedas dan berlemak. Eko dan Claire juga melakukan bulan madu dengan mengunjungi pusat-pusat kota di Jakarta dan tidak lupa sowan ke kerabat oangtua mereka. Suatu hari mereka sowan ke rumah pakde Tommi dan bibi Jannet, sepupu dari Harimurti yang selalu berbeda pendapat dengan Hari akan pemugaran makam embah kakung-putri Eko. Tommi dan Jannet memang terkenal agak sombong dan suka pamer kekayaan, namun mereka orang yang baik.
Setelah kurang lebih satu bulan setengah tinggal di Jakarta dan karena masa tugasnya di Asia tenggara telah habis, Eko dan Claire pun memutuskan untuk kembali ke New York. Mereka di Lepas oleh Hari, Suli, Lantip dan Halimah di bandara dengan haru. Dalam perjalanannya di pesawat, eko berfikir bahwa ia telah kehilangan kejawaan, keIndonesiaan serta sadar bahwa telah menempuh jalan menikung dari kerabat besarnya. Namun hal itu tidak membuatnya sedih dan kecewa telah memiliki istri orang Amerika keturunan Yahudi.
2.3.Hubungan Penokohan Novel “ Jalan Menikung Para Priyayi 2” Karya Umar Kayam
            Dari cuplikan sinopsis novel “JALAN MENIKUNG PARA PRIYAYI 2” di atas, dapat diketahui bahwa unsur intrinsik yaitu penokohan begitu terlihat dengan berbagai macam karakteristiknya. Adapun tokoh yang terdapat dalam novel ini adalah:
2.3.1. Tokoh
1.TOKOH UTAMA
   Eko Harimurti
2.TOKOH SAMPINGAN:
a)      Claire Levin
b)      Harimurti ( Ayah Eko )
c)      Sulistianingsih ( Ibu Eko )
d)     Lantip (paman Eko )
e)      Halimah ( Bibi Eko )
f)       Tommi ( Paman Eko )
g)      Jannet ( Istri Tommi )
            Sedangkan peranan tokoh yang digambarkan melalui sifatnya dalam novel “JALAN MENIKUNG PARA PRIYAYI 2” ini adalah :
1.TOKOH PROTAGONIS:
a)      Eko
b)      Harimurti
c)      Sulistianingsih
d)     Lantip
e)      Halimah
f)       Claire
g)      Jannet
2.      TOKOH ANTAGONIS:
Tommi
2.3.2. Penokohan
2.3.2.1. PROTAGONIS
1. Eko
a.Melalui penggambaran perilakunya:
Tidak lupa Eko mengirim surat ke Indonesia untuk mendapatkan restu dari
   Orang tuanya karena akan menikahi Claire.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh :
            “Berbakti kepada rakyat dan Negara! Ya. ini janjiku kepada orang tua saya, kepada seluruh keluarga besar saya.”
* Dari cuplikan diatas dapat diketahui bahwa Eko mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
2.Claire Levin
a.Melalui penggambaran perilakunya:
            Claire pun tidak dapat tidak selain mencobanya,lauk demi lauk yang ditawarkan Haru dan Suli.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh :
            “Claire dan Eko akan selalu merindukan Bapak, Ibu, paman Lantip dan bibi halimah. Terima kasih Atas semuanya…..”
* Dari cuplikan diatas dapat diketahui bahwa Claire mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
3.Harimurti
a.Melalui penggambaran perilakunya:
Dan Harimurti dengan terampilanya memainkan pengantarnya , dan anak-anak mereka menikmati makananya dengan manja.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh :
            “Saya Harimurti, bapaknya Eko. Jadi, bapakmu juga. Dan ini Etek halimah dan pakde Lantip. Kenalkan saja ya, Claire.”
* Dari cuplikan diatas dapat diketahui bahwa Harimurti mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
4.Sulistianingsih
a.Melalui penggambaran perilakunya:
            Suli langsung merangkul anakya dan menciuminya seakan melunaskan nazar yang sudah lama dikandung.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh :
            “Claire, kalau kamu sudah mengantuk dan mau segera tidur, tunggu dulu, ya? Biar mbok nem bereskan tempat tidur kalian dan pasang obat nyamuk.
* Dari cuplikan diatas dapat diketahui bahwa Sulistianingsih mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
5.Lantip
a.Melalui penggambaran perilakunya:
            Tak luput Lantip pun ikut menawarkan makanan khas jawa itu kepada Claire.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh :
            “Kalau sudah hilang capek kalian, besok-besok kalian ganti main dan makan di rumah kami.”
* Dari cuplikan diatas dapat diketahui bahwa Lantip mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
6.Halimah
a.Melalui penggambaran perilakunya:
            Sambil menunggu Suli dan Halimah menyiapkan makanan.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh :
             “Etek nanti masak masakan padang buat Claire. Maukan Claire?”
* Dari cuplikan diatas dapat diketahui bahwa Halimah mempunyai peran yang protagonis yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
7.Jannet
a.Melalui penggambaran perilakunya:
            Jannet segera menyuruh pelayan untuk menyiapkan itu semua. Mereka segera minum setelah pelayan dating membawa minuman.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh :
            “Ayo Claire, ambilah. Jangan malu-malu. Ini hadiah dari auntie, kok.”

2.3.2.2. ANTAGONIS
1. Tommi
a.Melalui penggambaran oleh tokoh lain:
            Eko merah padam menahan geram setelah mendengar ucapan pamannya itu.
b.Melalui cuplikan pembicaraan tokoh :
            “Eko sudah berapa tahun di Amerika, kok masih sawo mateng saja kulitmu? Tapi disana kulit begitu yang paling laku ya, Ko, Claire? Dan kau, Claire, putih seperti batu pualam, rambutmu hitam kecoklat-coklatan, hidungmu mancung meski tidak semancung Yahudi-yahudi kebanyakan. Wah, sempurna betul. Cuantik Ko Istimu.”
BAB 3
PENUTUP
3.1. Saran
Penokohan dan perwatakan adalah  cara penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh baik keadaan lahir maupun batinnya, yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinan,  dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain
Dari hasil analisis di atas,dapat diketahui novel tersebut dibangun oleh berbagai macam penokohan yang mempunyai karakter yang berbeda-beda. Secara umum penokohannya dibagi dua macam:
  1. TOKOH UTAMA yang diperankan oleh Eko Harimurti, yaitu pemuda pribumi yang mencari ilmu di Amerika Serikat.
  2. TOKOH SAMPINGAN yang seara garis besar diperankan oleh Lantip(Ayah Eko), Sulistianingsih(Ibu Eko), Lantip, Halimah, Claire(istri Eko), Jannet, dan Tommi.
Disini dapat terlihat bahwa dalam novel ini pengarang menampilkan penokohan secara eksplisit, yaitu dengan cara langsung (menggambarkan bentuk lahir) dan secara tidak langsung (menunjukkan bagaiman perilakunya).


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin.1987.Pengantar Apresiasi Karya sastra.Bandung: Sinar Baru.

Semi ,M.Atar. 1998 .Anatomi Sastra. Padang: Angkasa raya.

Rampan, Korrie Layun. 2000.Angkatan 2000 dalam sastra Indonesia. Cetakan
Pertama Jakarta: PT Gramedia Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar