Cara menyampaikan bahasa seorang penulis secara pengiasan. Bahasa yang dikiaskan secara tidak langsung untuk mengungkapkan maknanya. Pengungkapan makna kias tersebut disampaikan oleh penulis karena pengalaman, perasaan batin, jalan pikiran, harapan, dan suasana kejiwaannya, atau semangat hidup yang dialami oleh setiap penulis. Hal ini dilakukan penulis untuk menghindari keterbatasan makna kata secara lugas (denotatif), serta memperindah bunyi ujarannya.
MACAM-MACAM GAYA BAHASA
No.
|
Jenis Majas
|
Contoh
|
1
|
Metafora
(Perbandingan langsung
sesuatu dengan sesuatu yang memiliki kesamaan sifat)
|
|
2
|
Personifikasi
(penyifatan benda mati menjadi hidup seperti manusia)
|
|
3
|
Alegori
(Perbandingan secara utuh/perbandingan suatu keadaan/peristiwa dengan
beberapa kiasan yang membentuk satu kesatuan)
|
|
4
|
Parabel
(gaya yang berisi falsafah hidup dengan bentuk ajaran halus pada suatu
karangan)
|
|
5
|
Simbolik
(sifat benda lain digunakan segai lambang/simbul sifat lain)
|
|
6
|
Tropen
(kata kias yang digunakan sebagai makna yang sejajar)
|
|
7
|
Metonimia
(Menyebut merk untuk benda)
|
|
8
|
Litotes
(Kata yg merendahkan diri)
|
|
9
|
Hiperbolisme
(Ungkapan yang berlebihan)
|
|
10
|
Eufemisme
(ungkapan yang menggunakan
kata pelembut)
|
|
11
|
Alusio
(Menyampaikan maksud dengan kiasan/pantun)
|
|
12
|
Antonomasia
(sebutan pada cirri pisik
saja)
|
|
1
No.
|
Jenis Majas
|
Contoh
|
|
13
|
Perifrasis
|
|
|
14
|
Sinekdok
|
a. Penderitaan mengalir
dari parit-parit wajah rakyat (Rendra)
b. Dia tidak tampak lagi
batang hidungnya
c.
Jangan lagi bicara, sudah tercacar senua di muka
(Chairil Anwar)
d. Hari ini kita tangkap
tangan-tangan kebatilan (Taufik Ismail)
a.
Para petani bekerja, berumah gubuk-gubuk tanapa
jendela (Rendra)
b. SMK Pancasila berhasil
menggondol piala sepak takraw
c.
Politisi dan pejabat tinggi adalah calo-calo yang rapi
(Rendra)
|
|
15
|
Ironi
(pernyataan yang sebaliknya dari sebenarnya, guna menyindir halus)
|
|
|
16
|
Sinisme
(Lebih kasar dari Ironi)
|
|
|
17
|
Pleonasme
(memperjelas maksud yang sudah jelas)
|
|
|
18
|
Repetisi
(mengulang kata dalam satu baris, dengan tujuan mempertegas)
|
|
|
19
|
Paralelisme
(mengulang kata pada baris berikutnya)
|
Rindu rasa
Rindu rupa (Amir Hamzah)
Jika kau kehendaki ,
aku akan datang
Bila kau minta, aku
akan datang
|
Jika yang diulang bagian depan (Rindu) disebut ANAFORA
Tetapi jika yang diulang bagian belakang
(AKU AKAN DATANG) disebut EPIFORA
|
20
|
Tautologi
(mengulang kata bersinonim secara berturut-turut)
|
|
|
21
|
Klimaks
(urutan penyebutan yang semakin meningkat)
|
|
|
22
|
Antiklimaks
(Kebalikan dari klimaks)
|
|
|
23
|
Inversi
(mementingkan obyek/predikat, susun balik (O/P-S)
|
|
|
24
|
Retoris
(kalimat tanya, yang sudah jelas jawabanya)
|
|
|
25
|
Koreksio
(membenarkan salah ucap)
|
|
|
26
|
Paradoks
(penyebutan kata secara kontras)
|
|
2
IDIOM DAN PERIBAHASA
Perbedaan Idiom (ungkapan) dan kata adalah : Idiom terbentuk dari dua kata/lebih yang
maknanya telah menyimpang dari rujukan kata asal. (contoh kata kambing hitam,
makna asal kata : ’kambing yang berwarna hitam’, tetapi kambing hitam
dalam arti idiomnya adalah : ’tumpuan kesalahan’)
Perbedaan Idiom dan Peribahasa adalah : Peribahasa berupa kalimat yang
berisi ungkapan yang di dalamnya tidak hanya terdapat satu lambang/kiasan.
Idiom hanya terdiri dari satu makna kiasan saja.
- Idiom
No
|
Idiom
|
Makna
|
1
|
Angkat tangan
|
Menyerah
|
2
|
Buah baju
|
Kancing
|
3
|
Buah tangan
|
Oleh-oleh/hasil karya
|
4
|
Buah pikiran
|
Pendapat
|
5
|
Buah bibir
|
Bahan percakapan/pembicaraan
|
6
|
Buah pena
|
Karangan
|
7
|
Buah hati
|
Kekasih/idola
|
8
|
Buah pinggang
|
ginjal
|
9
|
Panjang tangan
|
Suka mengambil milik orang lain
|
10
|
Panjang akal
|
Banyak ide
|
11
|
Lapang dada
|
Sabar
|
12
|
Ringan tangan
|
Rajin beraktivitas
|
13
|
Besar kepala
|
Sombong
|
14
|
Kutu buku
|
Senang membaca
|
15
|
Bulan madu
|
Rekreasi dengan kekasih
|
16
|
Otak kerdil
|
Kurang wawasan
|
17
|
Panjang langkah
|
Banyak anjangsana
|
18
|
Otak jernih
|
Berpikir bijaksana
|
18
|
Isap jari
|
Kecewa
|
20
|
Hujan tangis
|
susah
|
- Peribahasa
No
|
Peribahasa
|
Makna
|
1
|
Air beriak tanda tak dalam
|
Orang banyak bicara/sombong biasanya kurang ilmu
|
2
|
Seperti air dalam kolam
|
Tenang pembawaannya, tetapi berilmu
|
3
|
Air susu dibalas air tuba
|
Perbuatan kebaikan dibalas dengan kejahatan
|
5
|
Air diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam
|
Sedih karena sesuatu yang menyakiti hati
|
6
|
Bermain air basah, bermain
api letup
|
Setiap perbuatan mengandung
resiko
|
7
|
Mancing di air keruh
|
Menggunakan kesempatan dalam kesempitan
|
8
|
Sambil menyelam minum air
|
Sambil mengerjakan yang pokok dan dapat menghasilkan/menyelesaikan yang
lainnya
|
9
|
Menepuk air di dulang
|
Membuka aib sendiri/keluarga
|
10
|
Orang haus diberi air, orang lapar diberi makan
|
Memberikan pertolongan kepada orang yang sangat membutuhkan
|
11
|
Ada air ada ikan/ada gula ada semut/ada batang cendawan tumbuh
|
Setiap negeri selalu terdapat rezeki/setiap negeri/kampung selalu
terdapat adat
|
12
|
Air tenang menghanyutkan
|
Orang pendiam banyak pengetahuannya
|
13
|
Seperti duduk dekat apai
|
Merasa gelisah karena dekat dengan orang marah
|
14
|
Seperti anak ayam kehilangan induk
|
Rakyat bercerai berai kehilangan pemimpin
|
15
|
Mencari jejak dalam air/membuang garam dalam laut/mencencang air
|
Mengerjakan pekerjaan dengan sia-sia/percuma
|
16
|
Seperti ayam patuk anaknya
|
Hukuman ibu itu berguna untuk memperbaiki kelakuan anak, bukan menyiksa
karena rasa benci
|
17
|
Bagai api dalam sekam
|
Dendam yang tersembunyi
|
18
|
Bergantung pada akar lapuk
|
Mengharap bantuan orang yang lemah
|
19
|
Kalah jadi abu, mmenang jadi arang
|
Pekerjaan yang sama-sama tidak menguntungkan
|
20
|
Utang emas dibayar, utang budi dibawa mati
|
Budi bahasa tidak dibayar dengan uang, dan akan berlaku seumur hidup
|
21
|
Bak mencari batu dalam ijuk
|
Pekerjaan yang mustahil berhasil
|
22
|
Batu bulat tak bersanding
|
Berani kepada siapa pun
|
23
|
Belakang parang pun jika diasah akan tajam juga
|
Orang bodoh jika rajin belajar akan pandai
|
24
|
Yang benar bawa lalu yang salah bawa surut
|
Ambil benarnya yang salah dijauhkan/dibuang
|
25
|
Bulat air di pembuluh, bulat baca dimufakat
|
Telah mencapai kata mufakat setelah selesai
|
26
|
Sepala-pala mandi biarlah basah
|
Bila bekerja jangan setengah-tengah
|
27
|
Bercermin di air keruh
|
Sebelum melakukan sesuatu pikirkan dulu masak-masak
|
28
|
Kesturi mati karen baunya, gajah mati karena gadingnya
|
Mendapat celaka karena keangkuhannya
|
3
No
|
Peribahasa
|
Makna
|
29
|
Biang menanti tembuk (genting)
|
Perkara yang hampir putus
|
30
|
Tangan mencencang bahu memikul
|
Siapa yang bersalah harus berani menerima hukuman
|
31
|
Mendirikan benang basah
|
Mengerjakan pekerjaan yang sia-sia
|
32
|
Lempar batu sembunyi tangan
|
Tidak bertanggung jawab atas perbuatannya
|
33
|
Sekeras-keras batu ditimpa hujan akan retak
|
Pendirian yang keras jika dipengaruhi akan berubah
|
34
|
Besar kapal besar pula gelombangnya
|
Semakin besar pekerjaan, semakin besar pula resiko
|
35
|
Beroleh sehasta hendak sedepa
|
Ingin mendapatkan sesuatu yang lebih banyak
|
36
|
Cakap melangit dapur tak berasap
|
Lagak seperti orang kaya tetapi melarat
|
37
|
Cepat kaki ringan tangan
|
Orang yang tangkas dan giat
|
38
|
Daripada hidup bercermin bangkai lebih baik mati berkalang tanah
|
Lebih baik mati daripada hidup menanggung malu
|
39
|
Belum beranan sudah ditimang
|
Bersenang-senang sebelum mencapai tujuan
|
40
|
Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi/duduk setampar, tegak sepematang
|
Sama derajat dan kedudukannya
|
41
|
Datang tampak muka, pulang tampak punggung
|
Mengutamakan sopan santun dalam rumah tangga
|
42
|
Ke bukit sama mendaki, ke lurah sama menurun/Telentang sama menadah
embun, tiarap sama makan pasir
|
Seiya-sekata/kompak
|
43
|
Bagai duri dalam daging
|
Sesuatu yang selalu menyakitkan hati
|
44
|
Emas disangka layang
|
Orang miskin disangka jahat padahal baik hati
|
45
|
Enak makan dikunyah enak kata diperkatakan
|
Pekerjaan yang melibatkan banyak orang baiknya dirundingkan dahulu
|
46
|
Gajah mati meninggalkan gading
|
Kebaikan akan dikenang walau sudah mati
|
47
|
Garam di laut asam digunung bertemu dibelanga
|
Bila jodoh, walau jauh akan bertemu
|
48
|
Sudah banyak makan asam garam
|
Sudah banyak pengalaman
|
49
|
Membuang garam ke laut
|
Memberi pertolongan yang tidak membutuhkan
|
50
|
Semahal-mahal gading, jika patah tak berharga
|
Dianggap baik/mulia, jika melakukan kesasalahan tidak akan dipandang lagi
|
51
|
Maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai/Buah masak
tergantung tinggi, hendak diambil galah tak sampai
|
Tidak memiliki kekuatan untuk mencapai tujuan
|
52
|
Menggunting dalam lipatan
|
Melakukan sesuatu secara diam-diam
|
53
|
Dengarkan guruh di langit, air di tempayan ditumpahkan/Harap hujan di
langit, tempayan ditumpahkan
|
Mmengharap sesuatu yang belum pasti, yang sudah ada dilepaskan
|
54
|
Terapung tak hanyut, terendam tak basah
|
Perkara yang tak pernah berakhir
|
55
|
Mata berkayuh, perahu hanyut
|
Bila tak berusaha takkan mendapat hasil
|
56
|
Ada rupa ada harga
|
Nilai suatu barang tergantung mutu
|
57
|
Hidung dicium pipi digigit
|
Memberi kasih sayang yang semu
|
58
|
Hidung tak tentu rimba, mati tak tentu kubur
|
Sesuatu yang hilang tidak meninggalkan bekas
|
59
|
Panas setahun terhapus oleh hujan sehari
|
Kebaikan yang telah dibuat hilang karena kesalahan kecil
|
60
|
Ladang perahu di lautan, padang hati dipikiri
|
Menggunakan akal dalam memecahkan segala sesuatu
|
61
|
Masuk kandang kambing mengembek, masuk kandang kerbau menguak
|
Orang yang tidak memiliki pendirian
|
62
|
Indah kabar dari rupa
|
Kabar biasanya melebihi keadaan sebenarnya
|
63
|
Diberi kuku hendak mencengkeram
|
Baru memiliki sedikit kekuasaan hendak mencelakakan orang lain
|
64
|
Mendapat kopi pahit
|
Mendapat teguran keras
|
65
|
Makan sudah terhidang, jamu belum datang
|
Gadis belum tunangan walau
usia sudah mencukupi
|
66
|
Manis tak dapat ditelan, pahit tak dapat dimuntahkan
|
Sesuatu yang baik tidak dapat dimanfaatkan, sedangkan yang buruk tak
dapat dibuang
|
67
|
Buruk muka cermin dibelah
|
Kesalahan sendiri orang lain disalahkan
|
68
|
Makin murah makin menawar
|
Makin diberi makin banyak yang meminta
|
69
|
Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, masih lebih
baik negeri sendiri
|
Sebaik-baik negeri orang masih baik negeri sendiri
|
70
|
Nyamuk tak mati gatal tak lepas
|
Dendam terhadap orang yang menyakiti walaupun orang tersebut telah
mendapat hukuman
|
71
|
Kalau takut dilimbar pasang jangan berumah di tepi pantai
|
Jangan melakukan pekerjaan jika takut akan akibatnya
|
72
|
Patah sayap bertongkat paruh
|
Tidak putus asa, terus berusaha sekuat tenaga
|
73
|
Ada padang ada belalang
|
Di mana kita berada pasti ada rezekinya
|
74
|
Ilmu padi makin berisi makin merunduk
|
Semakin tinggi ilmu semakin rendah hati
|
75
|
Sudah panas berbaju pula
|
Bertambah susah
|
4
No
|
Peribahasa
|
Makna
|
76
|
Besi ditempa selagi panas
|
Selagi masih memiliki kemampuan
harus berusaha
|
77
|
Memancing dalam belanga
|
Menghabiskan harta keluarga
|
78
|
Pandang anak pandang
menantu
|
Segala sesuatu hendaknya
ditimbang terlebih dahulu, biar baik bagi diri sendiri dan orang lain
|
79
|
Dipandang dekat dicapai tak dapat
|
Seorang wanita yang sulit didekati
|
80
|
Panjang langkah singkat
permintaan
|
Seseorang yang sudah mendekati ajal
|
81
|
Panjang mengambil singkat mengulur
|
Senang meminta tetapi tidak mau memberi
|
82
|
Takut dihantu terpeluk dibangkai
|
Takut rugi sedikit justru mendapatkan rugi besar
|
83
|
Pucuk dicinta ulam tiba
|
Mendapat sesuatu melebihi apa yang diminta
|
84
|
Bagai pinang dibelah dua
|
Serupa/sepadan
|
85
|
Putih kapas boleh dilihat, putih hati berkeadaan
|
Kesucian hati seseorang dapat dilihat dari perkataan dan perilakunya
|
86
|
Rumah buruk disapu cat
|
Orang tua suka berdandan
|
87
|
Ringan tulang berat perut
|
Setiap orang yang giat berusaha pasti akan mendapatkan keuntungan
|
88
|
Tak sama getah batang dengan getah daun
|
Setiap orang tua lebih mengasihi anak sendiri daripada keponakannya
|
89
|
Putus tali tempat bergantung, terban tanah tempat berpijak
|
Sudah tidak ada tempat lagi
|
90
|
Belum bertaji hendak berkokok
|
Belum berilmu akan menyombongkan diri
|
91
|
Belum tegak hendak berlari
|
Mudah marah sebelum mengetahui masalahnya
|
92
|
Menumbuk dalam lesung bertanam di periuk
|
Melakukan sesuatu sesuai aturan
|
93
|
Tolak tangan berayun kaki, peluk tubuh mengaja diri
|
Membuang kebiasaan bersenang-senang
|
94
|
Seiring bertukar jalan seia bertukar sakit
|
Satu tujuan tetapi berbeda langkah
|
95
|
Tidur bertilam air mata
|
Sangat merindukan kehadiran seseorang yang dicintai
|
96
|
Terlalu tinggi jatuh terlalu panjang patah
|
Seseorang yang lupa akan dirinya sesekali pasti akan jatuh juga
|
97
|
Tidak disangka akan keram, ombak kecil diabaikan
|
Karena lalai bahaya yang kecil disia-siakan akhirnya mendatangkan bencana
besar
|
98
|
Luka tangan kanan oleh tangan kiti
|
Jangan terlalu percaya kepada sahabat karena adakalanya akan mencelakakan
diri kita
|
99
|
Ucap habis niat sampai
|
Melaksanakan sesuatu yang telah diucapkan (nadzar)
|
100
|
Udang tak tahu dibungkuknya, orang tak tahu diburuknya
|
Tidak menyadari adanya kesalahan dirinya sendiri
|
0 komentar:
Posting Komentar