Unsur Intrinsik Prosa
Karya prosa khususnya cerita fiksi, dibangun/diciptakan oleh dua unsur pokok, yaitu unsur yang membangun dari dalam karya itu disebut unsur instrinsik, yakni unsur yang digunakan sebagai pijakan setiap karya tersebut. Sedangkan unsur yang membangun dari luar karya itu, disebut unsur ekstrinsik. yaitu unsur ini tampak pada isi karya itu sendiri. Setiap karya isinya mengandung latar belakang, pengalaman hidup, pendidikan dan corak serta gaya penulisnya. Bisa saja unsur ekstrinsik suatu karya prosa tersebut mengandung nilai ekonomi, budaya, moral, agama, sosial, pendidikan, politik dan sebagainya. Biasanya nilai-nilai yang terkandung dalam karya itu dipengaruhi oleh latar belakang penulisnya.
Unsur instrinsik prosa antara lain :
1. Tema; merupakan pokok persoalan/permasalahan yang diangkat sebagai bingkai cerita/kisah itu.
Sepajang apa pun bentuk cerita/kisah yang ditulis tidak boleh menyimpang dari pokok persoalan
yang diangkat itu.
2. Amanat/pesan/nasihat, setiap karya di dalamnya terkandung pesan yang hendak disampaikan
kepada penikmat/pembacanya. Pesan/amanat pada umumnya merupakan nasihat yang layak
diteladani oleh setiap pembaca, baik suriteladan dari sudut pandang sosial, moral, budaya/adat,
kemanusiaan (humanisme), agama (religius).
3. Latar/seting, yaitu berpijaknya suatu cerita/kisah itu berlangsung. Di mana? (latar tempat), kapan?
(latar waktu), bagaimana/kemana arah kisah (latar suasana) (latar budaya, sosial, ekonomi, politik,
agama dan sebagainya).
4. Sudut Pandang (point of view), yakni cara penulis/pengarang menempatkan dirinya pada
cerita/kisah yang ditulis itu. Jika penulis terlibat/menjadi tokoh dalam peristiwa yang dikisahkan
itu, maka sudut pandang yang digunakan penulis adalah sudut pandang orang pertama (aku, kita,
saya, Abdul/jika penulis cerita itu namanya ABDUL). Dalam hal ini, penulis dapat berperan aktif
atau sebagai pelaku/tokoh utama, maka disebut sudut pandang orang pertama pelaku utama, jika
penulis dalam peristiwa yang dikisahkan itu sebagai pelaku/tokoh, namun selain mengisahkan
dirinya, di dalam kisah itu juga berkisah tokoh lain, maka disebut sebagai sudut pandang orang
pertama pelaku sampingan/pengamat.
Selanjutnya, jika penulis dalam kisah itu tidak terlibat sama sekali, dan penulis hanya
mengisahkan tokoh lain, maka sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga.
Dalam hal ini penulis bisa bertindak sebagai orang di luar cerita, dan bisa juga sebagai orang yang
serba tahu. Jadi, sudut pandang orang ketiga di luar cerita maksudnya, si penulis hanya
mengisahkan hal-hal yang dapat dilihat saja/kasat mata. Tetapi, jika si penulis berkisah sampai hal-
hal yang ada dalam isi hati, jalan pikiran bahkan kata hati tokohnya dapat diceritakan, maka
disebut sudut pandang orang ketiga serba tahu.
5. Alur atau Plot;
Yaitu; jalinan peristiwa-peristiwan/kejadian yang saling berhubungan sehingga membentuk adanya suatu kisah/cerita.
Pengarang di dalam menghubungkan kejadian/peristiwa, berdasar atas urutan waktu, tempat,
suasanan atau kejadian-kejadian sederhana menjadi suatu kejadian yang lebih komplek.
MACAM-MACAM ALUR
1. Alur Maju; jika urutan peristiwan yang dibangun itu secara alami. Misalnya, kejadian dari lahir
hingga matinya sang tokoh, dari menanam hingga memetik hasilnya, dari bangku sekolah hingga
menjadi pejabat dan sejenisnya.
2. Alur Mundur; yakni jika susunan peristiwa dimulai dari kisah masa lalu hingga menuju awal
terjadinya peristiwa. Misalnya kisah dimulai dari kehidupan tokoh yang sukses, kisah perjuangan
masa di bangku pendidikan, kisah masa kecilnya dan sejenisnya.
3. Alur Bawahan; yakni jenis alur yang disisipkan di sela-sela alur utama/pokok.
4. Alur Longgar, yakni jenis alur yang jalinan peristiwanya tidak memperlihatkan hubungan yang
pada. Jenis alur ini dihadirkan pada bagian lain dalam alur utama, disisipi alur lain, kemudian
kembali lagi pada alur utamanya.
5. Alur Erat/rapat; yakni jenis alur yang tidak dapat disisipi oleh alur lain. Jenis alur ini menunjukkan
adanya hubungan peristiwa yang pada.
6. Alur Klimaks, yakni jenis alur yang menghubung-hubungkan kejadian dari hal yang sederhana
menuju hal yang paling kompleks.
7. Alur Antiklimaks, yakni kebalikan alur klimaks.
TEKNIK MENYIMPULKAN INFORMASI SECARA DEDUKSI DAN INDUKSI
ARTIKEL
PENDIDIKAN
BAHASA
INDONESIA
Teknik simpulan secara induksi dilakukan
terhadap data (pernyataan) umum kemudian ditarik simpulan khusus. Sebaliknya,
teknik induksi dilakukan terhadap data (pernyataan) khusus diikuti pernyataan
umum.
Bahasa bukan hanya dilukiskan sebagai rangkaian bunyi,
tetapi didefinisikan sebagai substansi bentuk, ekspresi, dan isi. Sebagai substansi, bahasa merupakan segala sesuatu yang
dapat dibicarakan, sedangkan sebagai bentuk,
bahasa merupakan formalisasi bagian-bagian dalam konsep. Sebagai ekspresi, bahasa merupakan media fisik dan sebagai isi, bahasa merupakan formalisasi media ke
dalam unit ekspresi.
Dalam kutipan
tersebut di atas dimuat
ide utama/pokok dan ide penjelas. Ide utama disebut pernyataan umum.
Pernyataan umum tersebut diuraikan, dijelaskan melalui kalimat-kalimat
penjelas. Ide penjelas itulah yang disebut
pernyataan khusus. Dalam kalimat bertugas menjelaskan, menguraikan isi
pernyataan umum. Jadi kutipan di atas umum ke khusus (deduksi)
Bandingkan dengan pernyataan berikut
ini :
Pertama kali seseorang belajar bahasa dapat dilakukan dengan mempelajari
bunyi-bunyi bahasa. Selanjutnya beralih mempelajari makna bahasa. Langkah
berikutnya adalah menkaji struktur bahasa. Langkah terakhir dapat menganalisis
dan menggunakan bahasa dengan tepat. Beginilah cara
belajar yang efektif.
kutipan tersebut di atas dimulai dari uraian-uraian yang merupakan pernyataan-pernyataan khusus, dan diakhiri pernyataan secara umum (disimpulkan). Inilah cara simpulan Induksi
Jenis penalaran dalam simpulan deduksi;
1. pola penalaran secara langsung (entimen)
2. pola penalaran secara tidak langsung (silogisme)
Penalaran secara silogisme, memerlukan dua data untuk disimpulkan, yakni premis umum
(PU/Mayor) dan premis khusus (PK/Minor)
CONTOH MENYIMPULKAN SECARA SILOGISME
PU : Binatang menyusui melahirkan anak tidak bertelur
PK : Ikan paus binatang menyusui
Simpulan (K) : IKAN PAUS MELAHIRKAN ANAK DAN TIDAK MENYUSUI
PU : Orang yang memperhatikan anak-anaknya adalah ayah yang baik.
PK : Muryanto bukan orang yang memperhatikan anak-anaknya
K : Muryanto bukan ayah yang baik
Jenis penalaran dalam simpulan Induksi;
1). Generalisasi; 2). Analogi; 3) Kausalitas
Generalisasi; proses penalaran yang menggunakan beberapa pernyataan yang mempunyai ciri-ciri tertentu untuk mendapatkan simpulan secara umum.
PERHATIKAN CONTOH
Setelah kerangan anak-anak kelas dua diperiksa, ternyata Dwi, Didik, Agung, dan Kiki, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Elisa yang memperoleh nilai enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
Simpulannya, dari data khusus perolehan nilai Dwi, Didik, Agung, dan Kiki, serta kita hubungkan dengan penalaran logis, maka dapat disimpulkan bahwa anak kelas tiga boleh dikatakan cukup pandai mengarang.
Analogi; yaitu cara bernalar dengan membandingkan/meniru/mencontoh dari dua hal yang memiliki kesamaan sifat/bentuk/cara. Teknik ini didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi/sifat/bentuk, maka akan ada persamaan pula dalam hal/bidang lain.
PERHATIKAN CONTOH.
alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan bintang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidaklah alam yang mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak pula ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang pada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Dari hasil membanding-bandingkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan; bahwa Tuhan akan sayang terhadap ciptaan-Nya
0 komentar:
Posting Komentar